Rabu, 14 November 2007

Beribadah Total

Perjalanan panjang dan terik matahari membuat Jengis Khan mengistirahatkan pasukanya. Bersama pasukannya, tampak seekor elang yang cukup cerdas dan sangat terlatih mengetahui bencana yang akan menimpa tuannya.

Jengis Khan kehausan. Ditepi jalan dilihatnya sebuah pancuran, tanpa menunggu lama dia bersiap untuk meneguk air yang segar itu dengan buli-buli yang sudah dia siapkan. Tiba tiba elang kesayangannya menukik dan menerjang tangannya yang tanganya hingga buli-buli itu jatuh dari tangannya. Dipungutnya buli-buli itu dan diisi lagi dengan air, tidak lama kemudian elang itu menerjang buli-buli itu dan jatuh untuk kedua kalinya. ”Sekali kau lakukan akan kutebas lehermu,”ujar Jengis khan dengan muka merah. Begitu terjadi terus hingga ketiga kali. Kehilangan kesabaran, akhir Khan benar-benar menebas leher elang kesayangannya.

Khan yang tidak memilki buli-buli memutuskan untuk memanjat bukit kecil asal air pancuran itu, ia ingin minum sepuas-puasnya. Ketika sampai di bukit, ia melihat pemandangan yang menyeramkan. Bangkai seekor ular raksasa terbaring busuk dalam kubangan air pancuran itu. Bergegas ia menuruni bukit dan dipungutnya elang yang bersimbah darah. Didekapnya erat-erat burung yang telah menyelamatkan hidupnya. O0.. elangku hingga mati engkau membaktikan diri kepadaku...,” ratap Khan.

Secuil cerita diatas menggambarkan esensi ibadah sesungguhny yaitu bahwa mengabdi total pada Allah, penyerahan yang dilandasi kesadaran mendalam dan serius, kesadaran bahwa kita telah menerima cinta kepada Dia yang kita abdi atauy dalam bahasa kahairil Anwar, sekali hidup berarti, sesudah itu mati”.

Beribadah berarti mengabdi secara total kepada Allah ketika bangun maupun tidur, ketika ramai atau sepi ketika istirahat maupun bekerja. Tentunya ibadah yang dimaksud disini bukan hanya ibadah mahdah seperti shalat, puasa, dan zakat. Melainkan termasuk badah ghairu mahdah yang terkait erat dengan interaksi antar individu..



Fenomena yang ada, kita terkadang kita masih menemukan karakter orang yang ibadah mahdahnya sangat bagus namun, ghoiru mahdahnya masih buruk. Masjid ramai dengan orang tarawih dan tadarus. Namun disiang hari masih tetap rajin membuka aib tetangga, berbohong dan bahkan suap menyuap seperti yang baru-baru ini menjadi headline media massa.

Ketika makna ibadah menyempit dan terbatas pada ibadah mahdah saja seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain, maka konsep ibadah dalam islam terpisah dari semua aspek kehidupan. Akibatnya, muncul suatu tembok pemisah yang menjadi penghalang kemajuan ummat. Dengan terjadinya distorsi makna ibadah seperti ini, umat islam berpaling dari memakmurkan bumi, karena dianggap bukan ibadah. Tidak sedikit umar islam yang merasa telah berislam secara kaffah bila telah melaksanakan sholat lima waktu, berpuasa, berzakat, dan menunaikan haji.
Boleh jadi pemahaman yang sempit tentang ibadah inilah yang menyebabkan masih banyak orang yang rajin sholat tapi masih korupsi dan menebang hutan Kalau kita kembali ke sirah nabi, Rasulullah dan para sahabatnya memahami bahwa ibadah meliputi seluruh aspek kehidupan. Rasulullah telah memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mempelajari bahasa Suryani (bahasa Yahudi), dan Zaid mampu menguasainya hanya dalam waktu 14 hari.
Sayyid Quthb pun juga sumbang pikiran mengenai hal ini, menurutnya bahwa orang yang menganggap ibadah hanya kewajiban ritual, iktikaf di masjid dengan menjauhi dunia maka mereka adalah orang-orang yang sesat. Jauh sebelum beliau, Ibnul Qoyyim Al-Jauzy, berpendapat bahwa orang yang memisahkan ibadah dari kehidupan dunia adalah para pendusta agama.
Pada intinya, yang ingin saya katakan adalah bahwa dalam bulan qurban ini, meski dengan suasana perut kosong dan dahaga bukan berarti aktivitas sosial berhenti. Kita tetap harus beribadah secara total seperti yang dilakukan elang Jengis Khan tadi, bukan sebaliknya.