Rabu, 20 Februari 2008

Kebenaran Sejati Ada di Islam

Hidayah Islam memang hadir dengan tidak terduga-duga. Ada yang melalui mimpi, ada juga dengan jalan lain seperti yang dialami oleh Bian Wahyudi (24), karyawan PT Unggul Tata Persada Tatkala iseng-iseng membuka Alqur’an, ayat yang pertama kali ia baca adalah surat Al Ikhlas. Tak lama kemudian, ia membuka lagi mushaf, tak sengaja Ia menemukan ayat yang berisi yang mengatakan Isa itu tuhan, maka kafirlah dia. Kini ia menjadi mualaf, bagaimana awal mulanya?.



Meski lahir di Surabaya, Bian Wahyudi pantas disebut keturunan China. Terlihat dari mata yang sipit dan wajah yang putih bersih, khas China. Kedua orangnya pun memilki darah China yang kental kendati ia tidak begitu tahu menahu tentang garis keturunan nenek moyangnya.

Lahir dari kultur keluarga penganut Katolik taat, minimal setiap pekan sekali Bian dan keluarganya beribadah di gereja. Warna Katolik makin kentara jika melihat bacground pendidikannya yang rata-rata berlatar berlakang Katolik, kecuali jenjang SMA yang waktu ia enyam di bangku sekolah umum. Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Kusuma (UWK) Surabaya ini mengatakan lingkungannya yang rata-rata kaum non muslim menjadikan dirinya tidak terbersit keinginan menjadi seorang Muslim. ”Pokoknya, waktu itu saya bertekad tidak akan masuk Islam. Siapa yang mempercai Yesus itu ada, maka ia akan selamat dan masuk surga,” kata Bian mengenang masa lalunya. Bian sama sekali tidak tertarik dengan Islam, disebabkan citra Islam yang cukup negatif seperti yang sering ia dengar dari khutbah-khutbah di gereja.

Namun, pada akhir tahun 2006, Bian merasa seolah-seolah ada yang menggiring dirinya untuk mempelajari agama Islam. Ia mencoba menahan diri untuk tidak melakukannya, namun hasilnya nihil. Yang terjadi, jutru tekad yang makin membara untuk mempelajari Islam lebih jauh. Tanpa sepengetahuan keluargannya, Bian diam-diam membeli Alquran terjemahan dan kemudia membacanya. Bagai sebuah mukjizat, ayat-ayat yang ia buka waktu itu selalu saja ayat yang mengkritik kebenaran agama Katolik seperti surat Al Ikhlas yang intinya berbunyi, Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan. Ia membuka lembaran yang lain, yang terbaca justru peringatan lebih keras lagi, yakni siapa yang mengakui Isa putra maryam itu tuhan maka telah kafir (Al Maidah:72). Membaca ayat-ayat inilah, akhirnya saya tersadar, bahwa agama yang saya anut selama ini salah besar, saya mengakui bahwa Islam itulah agama yang benar,”kata pria yang berdomisili di kawasan Rungkut ini.

Di Katolik, konsep ketuhanan memang tidak logis. Tuhan yang jumlahnya tiga tapi substansinya tetap satu menjadikan Bian ragu-ragu akan kebenaran Katolik. Selain itu di Katolik kata Bian, tidak memiliki aturan—(syariat, red) yang sesempurna Islam. ”Jika akan berdoa, maka bisa mengarang sendiri sesuai dengan keinginan kita, di Islam kan sudah ada yang harus kita hafal. Di Islam, jika masuk rumah ibadah harus suci, namun Katolik tidak. Habis kencing, berak pun dengan bebas bisa beribadah di gereja. Ini kan aneh,” papar Bian meyakinkan.

Ironisnya dan yang membuat Bian makin mantap memeluk Islam, di Katolik tidak ada aturan bagaimana menjaga penampilan (aurat) yang sesuai jika beribadah. Banyak wanita, kata Bian yang ke gereja dengan menggunakan pakaian you can see. ”Masak kalau ketemu dengan presiden atau bupati saja sopan, berhadapan dengan tuhannya kok malah nggak sopan,” katanya sambil ketawa.

Dengan berbagai latar belakang itulah, tak lama kemudian, ia bersyahadat di masjid dekat rumah dengan di bimbing oleh takmir masjid setempat. Reaksi keluarga dan sahabat Bian pun beragam, ada yang menolak dan tidak sedikit yang bersikap sebaliknya. ”Keluarga sudah menilai bahwa saya sudah dewasa, jadi penolakan dari keluarga tidak begitu keras, Alhamdulillah, ” kata Bian. Apa target selanjutnya setelah masuk Islam? Target Bian pun tidak muluk, untuk sementara ini hanya berkeinginan untuk belajar ngaji hingga lancar dan sholat lima waktu dengan rutin, tidak bolong-bolong,”Ternyata awal-awal masuk Islam itu berat ya, sholat shubuh itu yang paling susah. Tapi saya akan terus belajar dan belajar, kebenaran sejati memang ada di Islam ”pungkasnya.[]