Jumat, 28 Desember 2007

PKB Pejuang Kepentingan Islam???????

Harian Jawa Pos pekan lalu menurunkan berita bahwa PKB menurut Hasil survei Indo Barometer pimpinan M Qodari dipersepsikan paling memperjuangkan kepentingan Islam dengan 12,5% disusul PKS (5,2%), PPP (3,5%), dan PAN (3,4%). Satu hari setelah nya pengurus PKB menyambut gembira hasil survey tersebut. Effendi Chorie misalnya, dia mengatakan hasil survey tersebut memang benar.

Menurutnya, perjuangan keislaman PKB bukan bersifat simbiolis atau jargon-jargon saja, tapi substantif dan universal. Sayang sekali survey tersebut tiudak dijelaskan bentuk-bentuk pembelaan seperti apakah yang dimaksudkan. Betulkah demikian?
Hasil survey ini menurut saya sangat mengejutkan dan merupakan tamparan yang cukup terhadap parpol Islam yang ada. Pasalnya, PKB jelas-jelas bukan partai berasaskan Islam dan mengusung isu-isu kebangsaan yang jauh dari isu yang digulirkan oleh partai Islam yang lain seperti syariat Islam, piagam Jakarta dan bentuk perjuangan lainnya.

PKB, kendati didirikan oleh kalangan NU dan mengklaim sebagai anak kandung sah dari kaum nahdliyin dalam AD ART nya menyebutkan berasaskan Pancasila--lebih jauh mengaku berasas ahlussunah waj jamaah--- dan dalam visi misinya tampak kental nuansa membela kepentingan bangsa Negara bukan secara ekspiksit membela agama Islam seperti partai Islam lain. Bahkan, Ketua dewan syuro PKB, Gus Dur dalam beberapa peristiwa yang terkait dengan persolan keislaman serungkali bertolak belakang dengan kepentingan kaum muslimin.

Dalam kasus Tanjung Priok misalnya, Gus Dur lebih suka memilih untuk menyalahkan Amir Biki dan kawan-kawan daripada membela mereka. Kedua, pencabutan TAP MPR no 25/1066 tentang pelarangan oleh Gus Dur saat menjabat presiden juga berakibat perlawanan yang keras dari tidak hanya Parpol Islam melainkan juga sebagian kiai khos yang menjadi jujugan Gus Dur dalam menghadapi persolan bangsa. Ketiga, masih segar dalam ingatan pernyataan Gus dur mengenai Al Quran porno dan pembelaannya terhadap Paus Benediktus yang mendiskreditkan Islam. Keempat, dukukannya terhadap kelompok kontra RUU APP juga tidak sejalan dengan pernyataan mayoritas kaum muslimin yang terwakili dalam NU, Muhammadiyah dan ormas Islam lainnnya. Masih banyak banyak sebenarnya pernyataan Gus Dur yang justru tidak membela kepentingan Islam dan saya kira tidak cukup untuk ditulis disini.

Lalu kenapa PKB terpilih sebagai Parpol pembela kepantingan Islam. JIka merunut dari pernyataan Effendi yang menyatakan bahwa PKB mengusung nilai universal, bersifat substatif dan tidak simbolis maka tetap saja bisa diragukan. Peran yang bersifat universal dan Jika hanya mengusung nilai-nilai substansial saperti penegakan HAM, kebebasan berpendapat, dan toleransi antar umat beragama adalah perjuangan yang bagi saya kurang spesfik dan hampir semua partai memperjuangkan isu seperti itu. Oleh karenanya, tidak ada kekhususan PKB diberi label pejuang kepentingan Islam.

Hal-hal yang perlu dipertanyakan dari PKB adalah bagaimana dia menanggapi isu Palestina, kasus Ambon dan sejenisnya yang melibatkan secara langsung kaum muslimin. Dalam kasus palestina, PKB sama sekali tidak ada suara lantang dari jajaran PKB untuk menyurakan dukungan kemerdekaan. Malah, saat Gus dur menjabat presiden berencana membuka hubungan diplomatik dengan penjajah Palestina, Israel. Begitu pula dengan kasus AMbon.

Menyebut label pejuang kepentingan Islam seharusnya yang dijadikan sampel isu adalah peristiwa yang melibatkan kaum muslimin. bukan isu yang normatif dan umum. PKB saya rasa belum memperjuangkan kepoentingan Islam. Yang ada justru sering bersebarangan dengan keinginan mayoritas kaum muslimin. Partainya saja anti asas Islam bagaimana memperjuangkan kepentingan Islam.[]

Jumat, 07 Desember 2007

Prioritas PR Pada Lembaga Dakwah Kampus




Aulawiyat (prioritas) yang kita pahami dalam konteks da’wah, bukan memilih antara iman dan kufur, al-haq dengan yang al-bathil, antara halal dengan yang haram, antara yang lurus dengan yang menyimpang, atau antara berda’wah dengan tidak berda’wah. Karena dalam hal ini, sudah jelas bahwa keimanan adalah keharusan, sedangkan kekufuran harus ditolak, sebagaimana pernyataan Laa ilaaha illallah yang menolak semua tuhan-tuhan itu, kecuali Allah SWT. Begitu pula antara al-haq dengan al-bathil, al-haq adalah barisan yang harus kita ikuti, sedangkan al-bathil harus ditinggalkan. Dan seterusnya.

Aulawiyat di sini adalah dalam hal memilih satu atau sebagian dari sejumlah perkara yang halal. Lalu dari perkara-perkara halal tersebut, kita memilih mana yang afdhal dari yang mafdhul, mana yang “ashlah” dari yang sholih.
Dan yang perlu dipahami lagi, memilih sesuatu yang diprioritaskan bukan berarti meninggalkan atau membatalkan suatu pekerjaan yang baik demi untuk mengerjakan pekerjaan baik yang lain. Maksudnya adalah mendahulukan mana yang lebih tepat didahulukan, memberinya lebih banyak alokasi dan dukungan waktu, tenaga serta sarana lainnya yang diperlukan. Inilah ruang lingkup kita sebagai batasan kajian Manajemen Prioritas kita.

Public Relation (PR) atau kadang disebut dengan istilah Hubungan Masyarakat (humas) memiliki posisi yang sangat penting dalam sebuah organisasi, terutama bila organisasi tersebut sering berinteraksi dengan masyarakat luas. PR sangat menentukan perwajahan organisasi tersebut di mata masyarakat luas. Hal tersebut disebabkan karena PR-lah yang merupakan salah satu front liner penting dalam berkomunikasi dengan masyarakat.

PR menentukan kesan positif sebuah organisasi di mata masyarakat. Dan hubungan dengan masyarakat akan menentukan bagaimana organisasi tersebut bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat. Dengan kata lain, PR juga berperan dalam membangun hubungan, khususnya hubungan komunikasi, antara organisasi dengan masyarakat luas. Untuk itu, di dalam sebuah PR sangat penting untuk bisa mengelola manajemen komunikasi.

Bila sebuah organisasi tidak memiliki PR, sebenarnya bukan tidak mungkin organisasi tersebut bisa menjalin hubungan komunikasi dengan masyarakat. Namun tanpa keberadaan PR, biasanya fungsi-fungsi hubungan masyarakat akan tidak terurus dengan baik, karena agenda-agenda organisasi begitu banyak. Akhirnya hal tersebut kadang kala menyebabkan terjadinya hubungan komunikasi yang kurang baik, bahkan bisa menyebabkan miscommunication dengan masyarakat. Oleh karena itulah keberadaan PR sangat dibutuhkan dalam hal spesialisasi mengurus hubungan dengan masyarakat luas.

Selain itu, kebutuhan akan keberadaan PR menjadi sangat penting di era informasi ini.

Di zaman sekarang, masyarakat luas sudah sangat mudah dalam mengakses informasi, baik itu dari televisi, koran, majalah, internet, radio, dan sebagainya. Namun informasi-informasi yang mereka dapatkan, tidak selalu merupakan informasi yang benar. Adakalanya masyarakat akan mendapatkan informasi yang keliru. Kalau dikaitkan dengan sebuah organisasi, maka informasi yang keliru itu bisa ditimbulkan karena organisasi tersebut tidak memiliki fungsi PR di dalamnya. Informasi yang keliru tersebut bisa timbul dari opini masyarakat ataupun dari pemberitaan media massa. Di sinilah sebuah organisasi sangat membutuhkan PR untuk mengcounter informasi-informasi keliru yang barangkali perlu diluruskan.

Counter Isu : LDK Eksklusif
Bagi sebuah Lembaga Dakwah Kampus (LDK), niscaya akan sangat membutuhkan fungsi PR ini di dalam tubuh organisasinya. Terutama bila sebuah LDK sudah memasuki fase/tahapan dimana LDK tersebut sudah mulai merambah untuk lebih intens berkomunikasi dengan masyarakat, khususnya masyarakat kampus. Ruang lingkup aktivitas LDK juga menuntut keberadaan PR, misalnya pada ruang lingkup amal da'awi (pembinaan dan syi'ar), amal khidami (pelayanan), amal ilamy (penerbitan), amal siyasi (perpolitikan), dan seterusnya. Tanpa keberadaan LDK, aktivitas LDK bisa jadi tidak banyak yang mengetahuinya. Jika demikian, maka tidak heran ada beberapa LDK yang dicap sebagai organisasi eksklusif.
Apalagi, sebuah LDK itu mengusung kata-kata "dakwah" di dalamnya. Dakwah itu pada dasarnya menyeru, menyampaikan. Maka komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat urgen. Di dalam Al Qur'an sendiri banyak sekali ayat-ayat yang diawali dengan kata-kata: "Sampaikanlah...", atau dengan "Katakanlah...". Dengan demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa LDK membutuhkan PR yang professional dalam berkomunikasi.
Dan masih banyak lagi manfaat yang bisa didapatkan dari fungsi PR ini. Saking pentingnya PR, sudah banyak perusahaan bisnis yang membuat sistem informasi untuk mengelola kehumasan dengan para customernya. Sistem informasi yang berkaitan dengan ini biasanya disebut dengan CRM (Customer Relationship Management). Dan Untuk sebuah organisasi non-profit, kehumasan bisa juga dimanfaatkan untuk fund-raising, menjalin kerjasama, rekrutmen, dan sebagainya. Mau Mencoba ?

EURO 2008 Tanpa Inggris


Sebetulnya sangat telat untuk membahas persoalan ini. Namun, peritiwa ini begitu menyakitkan, mengecewakan dan membuat pikiranku sedikit error. Error buah dari ketidak percayaan, susah menerimi peristiwa tersebut. Saya kecewa jika mnedengar sebutan Inggris, England atau Angleteree (bahasa Perancis). Peritiwa apkah itu?

Tidak lain adalah kekalahan menyakitkan Inggris dari Kroasia pada perhelatan kualifikasi EURO 2008 di Austria dan Swiss bulan lalu. Inggris kalah 2-3 dari negeri pecahan Uni Soviet disaat hanya membutuhkan satu poin untuk lolos ke putaran final. Kala itu, Inggris memang bermain buruk dan buruk. Gol pertama Kroasia di menit 8 tercetak sepenuhnya kesalahan penjaga gawang debutan, Scott Carson. Ia gagal menahan tendangan jarak jauh Niko Kranjcar. Bola yang licin karena hujan lolos dari tangkapan Carson dan masuk ke gawang. Ironisnya ini adalah sentuhan pertama Carson dalam sebuah pertadingan internasional.

Belum hilang rasa gugup para pemain Inggris, , Kroasia kembali menambah keunggulan di menit 13. kali ini gol datang melalui Ivica Olic yang berdiri bebas menyambut umpan Eduardo di kotak penalti Inggris.

Di babak kedua, pelatih Steve McClaren mengandalkan pemain tua David Beckham untuk melancarkan suplai bola. Gol balasan Inggris datang dari penalti Frank Lampard menit 56 akibat pelanggaran terhadap Jermain Defoe.

Sedang gol balasan yang menyamakan kedudukan dihasilkan Peter Crouch menit 65 setelah menerima umpan dari David Beckham.

Namun gol Mladen Petric menit 77 memupus harapan Inggris ke putaran final. Menerioma umpan dari Eduardo di mulut penalti Inggris, Petric menendang bola yang gagal dijangkau oleh Carson

Itulah Inggris, apa boleh buat. Negeri Elizabeth yang mengkalim sebagai nenek moyang sepak bola itu harus gagal berlaga di ven bergengsi selama 13 tahun tak pernah gagal (terakhir gagal di Pila Dunia 1994).
Piala Eropa tanpa Beckham, Wayne Rooney, Frank Lampard, Michael Owen dan Steven Gerrard bagai sayur tanpa garam. Tidak ada hooligans yang fanatik dan selalu memberi warna berbeda di setiap ajang sepak bola dunia.

Tak Mental Juara

Sebagai salah satu dari jutaan pendukung Inggris, saya memilki beberapa analisis mengenai kegagalan Bekham dan kawan-kawan di kualifikasi Euro ini. Pertama, Inggris gagal karena terlalu dibesarkan media massa. Tidak hanya di Inggris, di Indonesia pun Inggris selalu menjadi bahan poembicaraan media Indonesia. Wajar memang, sebab liga Inggris merupakan liga terbaik didunia saat ini. Namun, efek negatifnya, Inggris menjadi besar kepala dan overconfidence dalam setiap pertandingannya. Hasilnya, Inggris gagal menang melawan Macedonia. Padahal siapapun tahun macedonia adalah tim kelas teri yang mungkin berada empat tingkat dibawah Inggris. Kedua, Kesalahan strategi Mclaren, pelatihnya. Saya tidak habis pikir, pertandingan penting dan partai hidup mati bagi Inggris justru diisi pemain-pemain cadangan dan minim pengalaman. Yang pailing menonjol adalah pilihan Mc laren memakai Carson sebagai starter, dua gol Kroasia merupakan buah dari blundernya. Ketiga, tak punya mental juara. Berbeda dengan tim besar lain seperti Jerman dan Itali, Inggris seolah sangat ketakutan untuk gagal. Ketika ketinggalan satu gol semuanya bingung dan permainan pun kocar-kacir. Berbeda dengan Jerman, Jerman merupakan tim dengan mental juara paling yahud sejak saya amati 10 tahun terakhir. Jerman selalu berjuang hingga menit terkahir. Tapi Inggris sebaliknya. Inggris kacangan, cemen dan payah jika menghadapi even penting. (bersambung)

Sentuhan Rabbani di Bukit Kapur



“Select operator”. Demikian pesan singkat yang saya terima dari handphone tatkala memasuki dusun Selang, Desa Jadi kecamatan Semanding, Tuban. Perintah untuk mencari jaringan atau sinyal hanphone tadi menggambarkan betapa sulitnya menjangkau dusun yang memiki 356 Kepala Keluarga ini. Dusun yang berlokasi pada jarak 10 km arah selatan Kota Tuban, ini memang jauh dari pusat keramaian kota. Sepanjang jalan yang kami susuri, pemandangan yang terlihat hanyalah bebatuan kapur yang cadas, pembagunan jalan aspal yang setengah hati alias tidak selesai, rumah-rumah yang letaknya berjauhan dan rata-rata terbuat dari anyaman bambu dengan langit-langit rumah yang berlubang.

“Kemarin baru saya ada puting beliung mas, beberapa rumah mengalami kerusakan, meski tidak begitu parah,wajar, sebab disini dataran tinggi,”ujar Toni,salah seorang pemuda setempat yang baru saja pulang dari Malaysia sebagai TKI ini. Hutan yang gundul tampaknya juga menjadi karakteristik tersendiri. Sepanjang mata memandang, tidak satupun ditemukan rimbunan pohon yang teduh, besar dan kokoh untuk menyerap hujan dan mencegah terjadinya tanah longsor. “Sejak saya kecil, hutan disini sudah mulai gundul, banyak penebangan liar,” tutur pengantin baru ini.

Saat mobil yang kami kendarai melewati rumah penduduk, para warga keluar rumah dan beberapa pasang mata menatap tajam kearah kami. Rasa penasaran tampak begitu nyata terlihat dari guratan wajah penduduk dusun. Kami pun berhenti sejenak di sebuah rumah penduduk guna mencari dimana gerangan ketua Takmir, Moh Ghazali. Tak lama kemudian Ghazali muncul dengan cangkul di pundaknya. “Ayo pak langsung ke rumah saya, maaf ini kotor semua,” tutur Ghazali dengan kesederhanaanya. Kami pun langsung menawari untuk berangkat bareng mobil. “Nggak usah, situ kok, deket,”kilahnya. Untuk ukuran warga desa setempat, jarak tempuh ”dekat” tenyata berbeda dengan kami. Jarak 1 km pun tenyata dianggap dekat meski menempuhnya dilakukan dengan berjalan kaki.

Ternak sapi merupakan hobby sekaligus prestise bagi warga dusun. Jika belum memiliki sapi, seolah ada yang kurang. Sepanjang jalan, rata-rata ada-3-4 sapi yang dipajang disamping dan belakang rumah. Hal tersebut dibenarkan oleh Ghazali, menurutnya sapi ibarat kendaraaan, “Yaa.. saya ini dulu juga ngempet (menahan diri) selama bertahun-tahun punya sapi, kita nabung hasil dari panen,”terangnya tanpa malu-malu.

Jadi merupakan desa yang cukup luas, terdiri dari 5 dusun. Dan puluhan RT/ RW. Di dusun Selang saja, karena luasnya wilayah, jumlah mushola mencapai tujuh buah dan satu masjd. Mata pencaharian, kata Ghozali 99,9 persen adalah petani jagung. “Jika musim kayak gini nandur (menanam) jagung, tebon (batang pohon) jagungnya digunakan untuk makan sapi,” ujar ghozali dengan jawa halusnya yang kental.

Tingkat pendidikan warga sini juga terbilang cukup rendah, rata-rata hanya sampai tingkat SMP. Selepas sekolah, umumnya langsung bekerja keluar kota dan beberapa ada juga yang nyantri di sejumlah pondok pesantren di Tuban. Tidak heran kegiatan keagamaaan cukup padat dan banyak peminatnya. “Selain Taman Pendidikan Al Quran (TPA), kita juga ada kegiatan talilan, pengajian dan lainnnya, rata-rata pengajar TPA disini adalah lulusan Ponpes,”ujar Ghozali yang juga koordinator pengajar TPA di dusun Selang ini.

Alumni Ponpes Assalam , Seren, Gebeng, Purworejo, Jawa Tengah ini menegaskan bahwa hanya satu pegawai negeri di dusun, sisanya petani dan kerja diluar kota. Saat ditanya apakah memilki hanphone, dengan sederhana ghozali mengatakan tidak perlu handphone. Begitu pula dengan sepeda motor, Ghazali lebih memilih jalan kaki daripada naik motor kendati jaraknya cukup jauh.

Hingga kini, kondisi masyarakat secara ekonomi tidak begitu bagus, namun keikhlasan warganya yang memiki prinsip kuat terhadap Islam menjadikan semua serba mudah. Keikhlasan inilah yang menjadikan jalan dakwah disini cukup lancer meski pada awalnya cukup terjal. Ironisnya, belum ada bantuan yang cukup untuk menanggulangi permasalahan mereka di sektor ekonomi. Tergugahkan anda melihat kondisi demikian? []