Jumat, 28 Desember 2007

PKB Pejuang Kepentingan Islam???????

Harian Jawa Pos pekan lalu menurunkan berita bahwa PKB menurut Hasil survei Indo Barometer pimpinan M Qodari dipersepsikan paling memperjuangkan kepentingan Islam dengan 12,5% disusul PKS (5,2%), PPP (3,5%), dan PAN (3,4%). Satu hari setelah nya pengurus PKB menyambut gembira hasil survey tersebut. Effendi Chorie misalnya, dia mengatakan hasil survey tersebut memang benar.

Menurutnya, perjuangan keislaman PKB bukan bersifat simbiolis atau jargon-jargon saja, tapi substantif dan universal. Sayang sekali survey tersebut tiudak dijelaskan bentuk-bentuk pembelaan seperti apakah yang dimaksudkan. Betulkah demikian?
Hasil survey ini menurut saya sangat mengejutkan dan merupakan tamparan yang cukup terhadap parpol Islam yang ada. Pasalnya, PKB jelas-jelas bukan partai berasaskan Islam dan mengusung isu-isu kebangsaan yang jauh dari isu yang digulirkan oleh partai Islam yang lain seperti syariat Islam, piagam Jakarta dan bentuk perjuangan lainnya.

PKB, kendati didirikan oleh kalangan NU dan mengklaim sebagai anak kandung sah dari kaum nahdliyin dalam AD ART nya menyebutkan berasaskan Pancasila--lebih jauh mengaku berasas ahlussunah waj jamaah--- dan dalam visi misinya tampak kental nuansa membela kepentingan bangsa Negara bukan secara ekspiksit membela agama Islam seperti partai Islam lain. Bahkan, Ketua dewan syuro PKB, Gus Dur dalam beberapa peristiwa yang terkait dengan persolan keislaman serungkali bertolak belakang dengan kepentingan kaum muslimin.

Dalam kasus Tanjung Priok misalnya, Gus Dur lebih suka memilih untuk menyalahkan Amir Biki dan kawan-kawan daripada membela mereka. Kedua, pencabutan TAP MPR no 25/1066 tentang pelarangan oleh Gus Dur saat menjabat presiden juga berakibat perlawanan yang keras dari tidak hanya Parpol Islam melainkan juga sebagian kiai khos yang menjadi jujugan Gus Dur dalam menghadapi persolan bangsa. Ketiga, masih segar dalam ingatan pernyataan Gus dur mengenai Al Quran porno dan pembelaannya terhadap Paus Benediktus yang mendiskreditkan Islam. Keempat, dukukannya terhadap kelompok kontra RUU APP juga tidak sejalan dengan pernyataan mayoritas kaum muslimin yang terwakili dalam NU, Muhammadiyah dan ormas Islam lainnnya. Masih banyak banyak sebenarnya pernyataan Gus Dur yang justru tidak membela kepentingan Islam dan saya kira tidak cukup untuk ditulis disini.

Lalu kenapa PKB terpilih sebagai Parpol pembela kepantingan Islam. JIka merunut dari pernyataan Effendi yang menyatakan bahwa PKB mengusung nilai universal, bersifat substatif dan tidak simbolis maka tetap saja bisa diragukan. Peran yang bersifat universal dan Jika hanya mengusung nilai-nilai substansial saperti penegakan HAM, kebebasan berpendapat, dan toleransi antar umat beragama adalah perjuangan yang bagi saya kurang spesfik dan hampir semua partai memperjuangkan isu seperti itu. Oleh karenanya, tidak ada kekhususan PKB diberi label pejuang kepentingan Islam.

Hal-hal yang perlu dipertanyakan dari PKB adalah bagaimana dia menanggapi isu Palestina, kasus Ambon dan sejenisnya yang melibatkan secara langsung kaum muslimin. Dalam kasus palestina, PKB sama sekali tidak ada suara lantang dari jajaran PKB untuk menyurakan dukungan kemerdekaan. Malah, saat Gus dur menjabat presiden berencana membuka hubungan diplomatik dengan penjajah Palestina, Israel. Begitu pula dengan kasus AMbon.

Menyebut label pejuang kepentingan Islam seharusnya yang dijadikan sampel isu adalah peristiwa yang melibatkan kaum muslimin. bukan isu yang normatif dan umum. PKB saya rasa belum memperjuangkan kepoentingan Islam. Yang ada justru sering bersebarangan dengan keinginan mayoritas kaum muslimin. Partainya saja anti asas Islam bagaimana memperjuangkan kepentingan Islam.[]

Jumat, 07 Desember 2007

Prioritas PR Pada Lembaga Dakwah Kampus




Aulawiyat (prioritas) yang kita pahami dalam konteks da’wah, bukan memilih antara iman dan kufur, al-haq dengan yang al-bathil, antara halal dengan yang haram, antara yang lurus dengan yang menyimpang, atau antara berda’wah dengan tidak berda’wah. Karena dalam hal ini, sudah jelas bahwa keimanan adalah keharusan, sedangkan kekufuran harus ditolak, sebagaimana pernyataan Laa ilaaha illallah yang menolak semua tuhan-tuhan itu, kecuali Allah SWT. Begitu pula antara al-haq dengan al-bathil, al-haq adalah barisan yang harus kita ikuti, sedangkan al-bathil harus ditinggalkan. Dan seterusnya.

Aulawiyat di sini adalah dalam hal memilih satu atau sebagian dari sejumlah perkara yang halal. Lalu dari perkara-perkara halal tersebut, kita memilih mana yang afdhal dari yang mafdhul, mana yang “ashlah” dari yang sholih.
Dan yang perlu dipahami lagi, memilih sesuatu yang diprioritaskan bukan berarti meninggalkan atau membatalkan suatu pekerjaan yang baik demi untuk mengerjakan pekerjaan baik yang lain. Maksudnya adalah mendahulukan mana yang lebih tepat didahulukan, memberinya lebih banyak alokasi dan dukungan waktu, tenaga serta sarana lainnya yang diperlukan. Inilah ruang lingkup kita sebagai batasan kajian Manajemen Prioritas kita.

Public Relation (PR) atau kadang disebut dengan istilah Hubungan Masyarakat (humas) memiliki posisi yang sangat penting dalam sebuah organisasi, terutama bila organisasi tersebut sering berinteraksi dengan masyarakat luas. PR sangat menentukan perwajahan organisasi tersebut di mata masyarakat luas. Hal tersebut disebabkan karena PR-lah yang merupakan salah satu front liner penting dalam berkomunikasi dengan masyarakat.

PR menentukan kesan positif sebuah organisasi di mata masyarakat. Dan hubungan dengan masyarakat akan menentukan bagaimana organisasi tersebut bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat. Dengan kata lain, PR juga berperan dalam membangun hubungan, khususnya hubungan komunikasi, antara organisasi dengan masyarakat luas. Untuk itu, di dalam sebuah PR sangat penting untuk bisa mengelola manajemen komunikasi.

Bila sebuah organisasi tidak memiliki PR, sebenarnya bukan tidak mungkin organisasi tersebut bisa menjalin hubungan komunikasi dengan masyarakat. Namun tanpa keberadaan PR, biasanya fungsi-fungsi hubungan masyarakat akan tidak terurus dengan baik, karena agenda-agenda organisasi begitu banyak. Akhirnya hal tersebut kadang kala menyebabkan terjadinya hubungan komunikasi yang kurang baik, bahkan bisa menyebabkan miscommunication dengan masyarakat. Oleh karena itulah keberadaan PR sangat dibutuhkan dalam hal spesialisasi mengurus hubungan dengan masyarakat luas.

Selain itu, kebutuhan akan keberadaan PR menjadi sangat penting di era informasi ini.

Di zaman sekarang, masyarakat luas sudah sangat mudah dalam mengakses informasi, baik itu dari televisi, koran, majalah, internet, radio, dan sebagainya. Namun informasi-informasi yang mereka dapatkan, tidak selalu merupakan informasi yang benar. Adakalanya masyarakat akan mendapatkan informasi yang keliru. Kalau dikaitkan dengan sebuah organisasi, maka informasi yang keliru itu bisa ditimbulkan karena organisasi tersebut tidak memiliki fungsi PR di dalamnya. Informasi yang keliru tersebut bisa timbul dari opini masyarakat ataupun dari pemberitaan media massa. Di sinilah sebuah organisasi sangat membutuhkan PR untuk mengcounter informasi-informasi keliru yang barangkali perlu diluruskan.

Counter Isu : LDK Eksklusif
Bagi sebuah Lembaga Dakwah Kampus (LDK), niscaya akan sangat membutuhkan fungsi PR ini di dalam tubuh organisasinya. Terutama bila sebuah LDK sudah memasuki fase/tahapan dimana LDK tersebut sudah mulai merambah untuk lebih intens berkomunikasi dengan masyarakat, khususnya masyarakat kampus. Ruang lingkup aktivitas LDK juga menuntut keberadaan PR, misalnya pada ruang lingkup amal da'awi (pembinaan dan syi'ar), amal khidami (pelayanan), amal ilamy (penerbitan), amal siyasi (perpolitikan), dan seterusnya. Tanpa keberadaan LDK, aktivitas LDK bisa jadi tidak banyak yang mengetahuinya. Jika demikian, maka tidak heran ada beberapa LDK yang dicap sebagai organisasi eksklusif.
Apalagi, sebuah LDK itu mengusung kata-kata "dakwah" di dalamnya. Dakwah itu pada dasarnya menyeru, menyampaikan. Maka komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat urgen. Di dalam Al Qur'an sendiri banyak sekali ayat-ayat yang diawali dengan kata-kata: "Sampaikanlah...", atau dengan "Katakanlah...". Dengan demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa LDK membutuhkan PR yang professional dalam berkomunikasi.
Dan masih banyak lagi manfaat yang bisa didapatkan dari fungsi PR ini. Saking pentingnya PR, sudah banyak perusahaan bisnis yang membuat sistem informasi untuk mengelola kehumasan dengan para customernya. Sistem informasi yang berkaitan dengan ini biasanya disebut dengan CRM (Customer Relationship Management). Dan Untuk sebuah organisasi non-profit, kehumasan bisa juga dimanfaatkan untuk fund-raising, menjalin kerjasama, rekrutmen, dan sebagainya. Mau Mencoba ?

EURO 2008 Tanpa Inggris


Sebetulnya sangat telat untuk membahas persoalan ini. Namun, peritiwa ini begitu menyakitkan, mengecewakan dan membuat pikiranku sedikit error. Error buah dari ketidak percayaan, susah menerimi peristiwa tersebut. Saya kecewa jika mnedengar sebutan Inggris, England atau Angleteree (bahasa Perancis). Peritiwa apkah itu?

Tidak lain adalah kekalahan menyakitkan Inggris dari Kroasia pada perhelatan kualifikasi EURO 2008 di Austria dan Swiss bulan lalu. Inggris kalah 2-3 dari negeri pecahan Uni Soviet disaat hanya membutuhkan satu poin untuk lolos ke putaran final. Kala itu, Inggris memang bermain buruk dan buruk. Gol pertama Kroasia di menit 8 tercetak sepenuhnya kesalahan penjaga gawang debutan, Scott Carson. Ia gagal menahan tendangan jarak jauh Niko Kranjcar. Bola yang licin karena hujan lolos dari tangkapan Carson dan masuk ke gawang. Ironisnya ini adalah sentuhan pertama Carson dalam sebuah pertadingan internasional.

Belum hilang rasa gugup para pemain Inggris, , Kroasia kembali menambah keunggulan di menit 13. kali ini gol datang melalui Ivica Olic yang berdiri bebas menyambut umpan Eduardo di kotak penalti Inggris.

Di babak kedua, pelatih Steve McClaren mengandalkan pemain tua David Beckham untuk melancarkan suplai bola. Gol balasan Inggris datang dari penalti Frank Lampard menit 56 akibat pelanggaran terhadap Jermain Defoe.

Sedang gol balasan yang menyamakan kedudukan dihasilkan Peter Crouch menit 65 setelah menerima umpan dari David Beckham.

Namun gol Mladen Petric menit 77 memupus harapan Inggris ke putaran final. Menerioma umpan dari Eduardo di mulut penalti Inggris, Petric menendang bola yang gagal dijangkau oleh Carson

Itulah Inggris, apa boleh buat. Negeri Elizabeth yang mengkalim sebagai nenek moyang sepak bola itu harus gagal berlaga di ven bergengsi selama 13 tahun tak pernah gagal (terakhir gagal di Pila Dunia 1994).
Piala Eropa tanpa Beckham, Wayne Rooney, Frank Lampard, Michael Owen dan Steven Gerrard bagai sayur tanpa garam. Tidak ada hooligans yang fanatik dan selalu memberi warna berbeda di setiap ajang sepak bola dunia.

Tak Mental Juara

Sebagai salah satu dari jutaan pendukung Inggris, saya memilki beberapa analisis mengenai kegagalan Bekham dan kawan-kawan di kualifikasi Euro ini. Pertama, Inggris gagal karena terlalu dibesarkan media massa. Tidak hanya di Inggris, di Indonesia pun Inggris selalu menjadi bahan poembicaraan media Indonesia. Wajar memang, sebab liga Inggris merupakan liga terbaik didunia saat ini. Namun, efek negatifnya, Inggris menjadi besar kepala dan overconfidence dalam setiap pertandingannya. Hasilnya, Inggris gagal menang melawan Macedonia. Padahal siapapun tahun macedonia adalah tim kelas teri yang mungkin berada empat tingkat dibawah Inggris. Kedua, Kesalahan strategi Mclaren, pelatihnya. Saya tidak habis pikir, pertandingan penting dan partai hidup mati bagi Inggris justru diisi pemain-pemain cadangan dan minim pengalaman. Yang pailing menonjol adalah pilihan Mc laren memakai Carson sebagai starter, dua gol Kroasia merupakan buah dari blundernya. Ketiga, tak punya mental juara. Berbeda dengan tim besar lain seperti Jerman dan Itali, Inggris seolah sangat ketakutan untuk gagal. Ketika ketinggalan satu gol semuanya bingung dan permainan pun kocar-kacir. Berbeda dengan Jerman, Jerman merupakan tim dengan mental juara paling yahud sejak saya amati 10 tahun terakhir. Jerman selalu berjuang hingga menit terkahir. Tapi Inggris sebaliknya. Inggris kacangan, cemen dan payah jika menghadapi even penting. (bersambung)

Sentuhan Rabbani di Bukit Kapur



“Select operator”. Demikian pesan singkat yang saya terima dari handphone tatkala memasuki dusun Selang, Desa Jadi kecamatan Semanding, Tuban. Perintah untuk mencari jaringan atau sinyal hanphone tadi menggambarkan betapa sulitnya menjangkau dusun yang memiki 356 Kepala Keluarga ini. Dusun yang berlokasi pada jarak 10 km arah selatan Kota Tuban, ini memang jauh dari pusat keramaian kota. Sepanjang jalan yang kami susuri, pemandangan yang terlihat hanyalah bebatuan kapur yang cadas, pembagunan jalan aspal yang setengah hati alias tidak selesai, rumah-rumah yang letaknya berjauhan dan rata-rata terbuat dari anyaman bambu dengan langit-langit rumah yang berlubang.

“Kemarin baru saya ada puting beliung mas, beberapa rumah mengalami kerusakan, meski tidak begitu parah,wajar, sebab disini dataran tinggi,”ujar Toni,salah seorang pemuda setempat yang baru saja pulang dari Malaysia sebagai TKI ini. Hutan yang gundul tampaknya juga menjadi karakteristik tersendiri. Sepanjang mata memandang, tidak satupun ditemukan rimbunan pohon yang teduh, besar dan kokoh untuk menyerap hujan dan mencegah terjadinya tanah longsor. “Sejak saya kecil, hutan disini sudah mulai gundul, banyak penebangan liar,” tutur pengantin baru ini.

Saat mobil yang kami kendarai melewati rumah penduduk, para warga keluar rumah dan beberapa pasang mata menatap tajam kearah kami. Rasa penasaran tampak begitu nyata terlihat dari guratan wajah penduduk dusun. Kami pun berhenti sejenak di sebuah rumah penduduk guna mencari dimana gerangan ketua Takmir, Moh Ghazali. Tak lama kemudian Ghazali muncul dengan cangkul di pundaknya. “Ayo pak langsung ke rumah saya, maaf ini kotor semua,” tutur Ghazali dengan kesederhanaanya. Kami pun langsung menawari untuk berangkat bareng mobil. “Nggak usah, situ kok, deket,”kilahnya. Untuk ukuran warga desa setempat, jarak tempuh ”dekat” tenyata berbeda dengan kami. Jarak 1 km pun tenyata dianggap dekat meski menempuhnya dilakukan dengan berjalan kaki.

Ternak sapi merupakan hobby sekaligus prestise bagi warga dusun. Jika belum memiliki sapi, seolah ada yang kurang. Sepanjang jalan, rata-rata ada-3-4 sapi yang dipajang disamping dan belakang rumah. Hal tersebut dibenarkan oleh Ghazali, menurutnya sapi ibarat kendaraaan, “Yaa.. saya ini dulu juga ngempet (menahan diri) selama bertahun-tahun punya sapi, kita nabung hasil dari panen,”terangnya tanpa malu-malu.

Jadi merupakan desa yang cukup luas, terdiri dari 5 dusun. Dan puluhan RT/ RW. Di dusun Selang saja, karena luasnya wilayah, jumlah mushola mencapai tujuh buah dan satu masjd. Mata pencaharian, kata Ghozali 99,9 persen adalah petani jagung. “Jika musim kayak gini nandur (menanam) jagung, tebon (batang pohon) jagungnya digunakan untuk makan sapi,” ujar ghozali dengan jawa halusnya yang kental.

Tingkat pendidikan warga sini juga terbilang cukup rendah, rata-rata hanya sampai tingkat SMP. Selepas sekolah, umumnya langsung bekerja keluar kota dan beberapa ada juga yang nyantri di sejumlah pondok pesantren di Tuban. Tidak heran kegiatan keagamaaan cukup padat dan banyak peminatnya. “Selain Taman Pendidikan Al Quran (TPA), kita juga ada kegiatan talilan, pengajian dan lainnnya, rata-rata pengajar TPA disini adalah lulusan Ponpes,”ujar Ghozali yang juga koordinator pengajar TPA di dusun Selang ini.

Alumni Ponpes Assalam , Seren, Gebeng, Purworejo, Jawa Tengah ini menegaskan bahwa hanya satu pegawai negeri di dusun, sisanya petani dan kerja diluar kota. Saat ditanya apakah memilki hanphone, dengan sederhana ghozali mengatakan tidak perlu handphone. Begitu pula dengan sepeda motor, Ghazali lebih memilih jalan kaki daripada naik motor kendati jaraknya cukup jauh.

Hingga kini, kondisi masyarakat secara ekonomi tidak begitu bagus, namun keikhlasan warganya yang memiki prinsip kuat terhadap Islam menjadikan semua serba mudah. Keikhlasan inilah yang menjadikan jalan dakwah disini cukup lancer meski pada awalnya cukup terjal. Ironisnya, belum ada bantuan yang cukup untuk menanggulangi permasalahan mereka di sektor ekonomi. Tergugahkan anda melihat kondisi demikian? []

Rabu, 14 November 2007

Beribadah Total

Perjalanan panjang dan terik matahari membuat Jengis Khan mengistirahatkan pasukanya. Bersama pasukannya, tampak seekor elang yang cukup cerdas dan sangat terlatih mengetahui bencana yang akan menimpa tuannya.

Jengis Khan kehausan. Ditepi jalan dilihatnya sebuah pancuran, tanpa menunggu lama dia bersiap untuk meneguk air yang segar itu dengan buli-buli yang sudah dia siapkan. Tiba tiba elang kesayangannya menukik dan menerjang tangannya yang tanganya hingga buli-buli itu jatuh dari tangannya. Dipungutnya buli-buli itu dan diisi lagi dengan air, tidak lama kemudian elang itu menerjang buli-buli itu dan jatuh untuk kedua kalinya. ”Sekali kau lakukan akan kutebas lehermu,”ujar Jengis khan dengan muka merah. Begitu terjadi terus hingga ketiga kali. Kehilangan kesabaran, akhir Khan benar-benar menebas leher elang kesayangannya.

Khan yang tidak memilki buli-buli memutuskan untuk memanjat bukit kecil asal air pancuran itu, ia ingin minum sepuas-puasnya. Ketika sampai di bukit, ia melihat pemandangan yang menyeramkan. Bangkai seekor ular raksasa terbaring busuk dalam kubangan air pancuran itu. Bergegas ia menuruni bukit dan dipungutnya elang yang bersimbah darah. Didekapnya erat-erat burung yang telah menyelamatkan hidupnya. O0.. elangku hingga mati engkau membaktikan diri kepadaku...,” ratap Khan.

Secuil cerita diatas menggambarkan esensi ibadah sesungguhny yaitu bahwa mengabdi total pada Allah, penyerahan yang dilandasi kesadaran mendalam dan serius, kesadaran bahwa kita telah menerima cinta kepada Dia yang kita abdi atauy dalam bahasa kahairil Anwar, sekali hidup berarti, sesudah itu mati”.

Beribadah berarti mengabdi secara total kepada Allah ketika bangun maupun tidur, ketika ramai atau sepi ketika istirahat maupun bekerja. Tentunya ibadah yang dimaksud disini bukan hanya ibadah mahdah seperti shalat, puasa, dan zakat. Melainkan termasuk badah ghairu mahdah yang terkait erat dengan interaksi antar individu..



Fenomena yang ada, kita terkadang kita masih menemukan karakter orang yang ibadah mahdahnya sangat bagus namun, ghoiru mahdahnya masih buruk. Masjid ramai dengan orang tarawih dan tadarus. Namun disiang hari masih tetap rajin membuka aib tetangga, berbohong dan bahkan suap menyuap seperti yang baru-baru ini menjadi headline media massa.

Ketika makna ibadah menyempit dan terbatas pada ibadah mahdah saja seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain, maka konsep ibadah dalam islam terpisah dari semua aspek kehidupan. Akibatnya, muncul suatu tembok pemisah yang menjadi penghalang kemajuan ummat. Dengan terjadinya distorsi makna ibadah seperti ini, umat islam berpaling dari memakmurkan bumi, karena dianggap bukan ibadah. Tidak sedikit umar islam yang merasa telah berislam secara kaffah bila telah melaksanakan sholat lima waktu, berpuasa, berzakat, dan menunaikan haji.
Boleh jadi pemahaman yang sempit tentang ibadah inilah yang menyebabkan masih banyak orang yang rajin sholat tapi masih korupsi dan menebang hutan Kalau kita kembali ke sirah nabi, Rasulullah dan para sahabatnya memahami bahwa ibadah meliputi seluruh aspek kehidupan. Rasulullah telah memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mempelajari bahasa Suryani (bahasa Yahudi), dan Zaid mampu menguasainya hanya dalam waktu 14 hari.
Sayyid Quthb pun juga sumbang pikiran mengenai hal ini, menurutnya bahwa orang yang menganggap ibadah hanya kewajiban ritual, iktikaf di masjid dengan menjauhi dunia maka mereka adalah orang-orang yang sesat. Jauh sebelum beliau, Ibnul Qoyyim Al-Jauzy, berpendapat bahwa orang yang memisahkan ibadah dari kehidupan dunia adalah para pendusta agama.
Pada intinya, yang ingin saya katakan adalah bahwa dalam bulan qurban ini, meski dengan suasana perut kosong dan dahaga bukan berarti aktivitas sosial berhenti. Kita tetap harus beribadah secara total seperti yang dilakukan elang Jengis Khan tadi, bukan sebaliknya.

Rabu, 31 Oktober 2007

Foto Memiliki Seribu Makna




Bertempat di Lantai 3 gedung Rektorat Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), tadi siang siang diundang untuk hadir dalam klinik fotografi jurnalistik kerjasama BEM ITS, Toyota Yaris dan Harian Kompas. Perwakilan LMI yang hadir dalam acara tersebut diantaranya Dody FM, Arifin N dan Dimas Pamungkas. Ketiganya merupakan awak departemen komunikasi LMI.

Dalam workshop tersebut panitia menghadirkan pembicara yang kompeten di bidang jurnalistik foto. Tampak hadir Redaktur foto Kompas, Arbain Rambey dan Joni spesialis fotografi otomotif.

Dalam pemaparannya, Arbain menegaskan bahwa memang foto jurnalistik usianya jauh lebih muda dari jurnalistik tulis. Huruf sudah dikenal manusia ribuan tahun lalu semenatara usia fotografi sendiri belum sapai 200 tahun. ”Diawal abad belasan, di Inggris sudah dikenal surat kabar. Tapi fografi baru masuk surat kabar pada akhir abad 19”, ujar Arbain.
Dalam manyampaikan materinya Arbain sesekali menampilkan slide-slide foto mata hati karya wartawan Kompas yang menurutnya sangat berkualatas dan beberapa diataranya pernah menjadi pemenang lomba fotografi.

Dalam acara tersebut, panitia juga membagi-bagikan berbgai hadiah menarik mulai dari merchandise Kompas dan Yaris, flasdis satu giga hingga uang tunai empat ratus ribu. LMI sendiri pun berkesempatan membawa pulang hadiah yang diperebutkan.
Dody FM dari LMI mengaku puas mengikuti workshop tersebut, ”ini sangat penting dan membuka wawsan kita betapa pentingnya foto didalam media masssa, foto yang baik membawa seribu makna bagi pembaca, ”ujar Dody yang dua kali fotonya pernah dimuat di Harian Radar Surabaya.[]

Selasa, 30 Oktober 2007

Kerja Keras Menyambut Ketua MPR

”Mana spanduk WAMY nya? Wah, dicari pengurusnya lo...kok nggak dipasang? ini sudah hampir mulai lo,”tanya salah seorang panitia kepada saya. Beberapa menit kemudian, Ruly, salah satu panitia menanyakan hal yang sama, ”Mana spanduk WAMY nya, tadi kan sampeyan yang masang spanduk di depan situ?”tanya nya meyakinkan. ”Wah saya kurang tahu, tadi saya nggak ikut bawa (spanduk) itu”jawab saya dengan tersenyum. Setelah di cari-cari ternyata ditemukan juga spanduk tersebut.

Kisah tadi adalah sebagian kecil dari hiruk pikuk panitia dalam menyambut kehadiran ketua MPR Hidayat Nurwahid, Sabtu lalu.” Bagaimana tidak repot, persiapannya cuma sehari sebelum hari H, tapi ALhamdulillah semua oke, tidak ada hambatan yang signifikan, semua spanduk sudah terpasang, konsumsi sudah tinggal antar”ujar salah satu panitia bersyukur.

Menyambut seorang pejabat level ketua MPR memang memiliki nuansa yang berbeda dengan yang lain. Dengan jumlah hadirin yang mencapai seribu orang tentu persiapannya tidak semudah membalik telapak tangan. Humas LMI, Dimas pamungkas adalah salah satu panitia yang juga sibuk. Berlarian kesana kemari menyambut sejumlah wartawan yang akan meliput acara soft launching Rumah SEHATi ini. ”Saat akan kirim press release ternyata, internetnya macet,”ujar Dimas malam itu.

Menurut Dimas, soft launching ini sejatinya dihelat pada 4 Oktober, namun karena ketua MPR dijadwalkan hadir pada tanggal 29 September, semua harus siap.

Namun, hiruk pikuk dan sedikit miskomunikasi antar panitia tidak dirasakan oleh pengunjung yang hadir. Yudho Setyoputro, salah satu pengunjung mengaku tidak ada tindakan yang mengecewakan dari panitia. ”Sejauh yang saya amati, panitia cukup bagus tidak ada yang mengecewakan, ya itu memang sudah sewajarnya, karena yang datang juga tokoh level nasional,”ujar karyawan PT Pos Indonesia ini. (dody)

Rabu, 03 Oktober 2007

Mencekam Di Taman Safari

Hari Minggu lalu (bertepatan hari pertama bulan puasa), aku berkunjungke Taman Safari Indonesia, karena jarang-jarang orang desa ke TSI dengan menggunakan mobil keluarga, 4 orang dewasa dan 2 anakkecil dengan tujuan refreshing, melihatbinatang yang belum pernah kami lihatsecara langsung dan dekat terutama yang besar dan liar atau berbahaya.Belum lama kami berada di TSI kira-kira 10 menit, mobil kamimemasuki area binatang yang bukan binatang buas (kijang, banteng dll),tiba-tiba mobil kami mogok dan meski sudah mencoba untuk merestart beberapakali, tetapi mesin sama sekali tidakbisa di hidupkan kembali.Kami pikir mungkin cipratan air telahmenyebabkan mobil kami mogok saat barusaja melewati genangan air sepertisungai kecil di TSI Meskipun ragu-ragu, karena tidakterlihat ada petugas TSI di dekat situ,akhirnya paman saya turun untuk membuka kap mesin.Kami tidak membunyikan klakson karena takut mengganggu binatang di TSI .Kami pikir, area ini adalah area yang aman, bukan area binatang buas, jadi kami berusaha tenang menunggu di dalam mobil sambil ngobrol.Namun tiba-tiba kami terkejut ketika melihat seekor singa yang entah dari mana datangnya sudah berada dibelakang mobil kami dan berjalan kearah depan mobil dimana paman kami berada.Lalu... entah kenapa kami semuaseperti terhipnotis melihat singaitu mendekati paman kami yang asyik mencari kerusakan mobil dan tidaktahu dengan kedatangan singa itu.Kami benar-benar hanya terpaku melihat singa itu tanpa berusaha untuk memberitahu paman ada bahaya yang datang.Dan..?? bertepatan paman menutupkap mesin.... ketika itu pula singa sudah berada tepat dibelakang tubuh paman saya, sehingga tampak sangat jelas oleh kami dari dalam mobil bagaimana sangat dekatnya singa terhadap paman, dan.....................................saat itu pula singa itu langsung mencolek bahu paman saya serayaberkata,"kagak usah takut ...gua lagi puasa .....kenapa mobilnya ...mogok ya....." !!!BACANYA SERIUS AMAT !!!PEACE PREN !!!TEPU DIKIT..HWAHAHAHAHA!!!.........

Selasa, 02 Oktober 2007

Catatan dari Kediri

Kediri, Agustus 2007. "Mas, Pa kabar, maz ingat saya kan? seorang seorang gadis berjilbab tiba-tiba menghampiriku."Lagi dimana sekarang? masih kuliah?" lanjutnya tanpa mengindahkan jawabanku yang pertama. Setelah tak pikir-pikir, Dia adalah adik kelasku swaktu SMA dulu. Tampak tidak begitu ada perubahan, hanya sedikit tampak tua padahal usia mungkin masih 21 tahun.

Beberapa detik kemudian, seorang laki-laki sekitar usia yaa.. munkin 27-30 an tampak mengahampirinya. "kenalkan! ini suamiku sambil sang laki mengulurkan tangannya"akupun menyalaminya. Hati kupun berkata, What!Sudah nikah. Kita berempat pun akhirnya ngobrol ngalor ngidul dengan intonasi suara yang cukup keras hinga pengunjung rumah makan tersebut tolah toleh ke arah meja berwarna gelap yang kutempati.

Sesampainya di rumah aku mulai menghitung beberapa kenalanku yang sudah menikah di usia muda. Setelah kuhitung ada beberapa yakni A, S, N, C, B, dan F mereka ini rata menikah usia 21 tahun. Usia dimana teman-teman sebayanya mungkin masih asyik masyuk dengan buku di kampus, bekerja dan beberapa mungkin menghiasi hidupnya dengan nongrong sana sini tidak jelas orienasi. Temen-temen ku yang telah menikah ini tampaknya easy going dengan yang namanya karier, duit, pacar atau apalah hal yang terkait dengan dunia mereka.

Dari peristiwa tersebut aku akhirnya menagmbil kesimpulan bahwa tampaknya menikah muda sudah menjadi fenomena dan bukan lagi monopoli generasi muda yang lahir tahun 40-50an dimana menikah usia 25 tahun sudah dianggap perawan tua. Untungnya kedua orang pu ternyata juga menikah usia muda, ayahku 20 tahun ibuku 16 tahun.

Indahnya pernikahan dini, Ukhti Nikah itu Indah, Mudah Nyunnah,Indahnya pacara setelah nikah, Indahnya Nikah Sambil Kuliah adalah diantara buku yang memprovokasi kita untuk menikah dini. Apa sih untungnya menikah dini? Bukannya sudah diputar sinetron pernikahan dini yang penuh dengan tragedy dan hampir tak ada cerita menyenagkan menikah usia dini? Tapi kenapa masih ada saja orang yang menikah dini?

Kakak kelas ku yang nota bene belum punya kerjaan tetap pun juga sudah berani menikah ketika dia kuliah dan sekarang nggak tahu dimana, semoga Allah melindunginya.

Kembali ke pernikahan dini, aktivitas dan pergaulan ku dengan aktivis dakwah kampus bersambung)

Hebat Bener Gadis Ini

Lantunan Soundtrack sinetron Adam dan Hawa yang dipopulerkan oleh Marshanda terdengar manis sore itu. Tampak seorang gadis dengan jari-jari lentiknya sedang menekan tombol organ dengan dinamis. Keheningan sangat terasa di Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Genteng Surabaya tatkala Rizky Nurialawati (15) gadis tunanetra sedang menghibur para karyawan KPP-LMI yang sedang mengadakan kegiatan berbuka puasa bersama di masjid An-Nur.

Dalam kesempatan tersebut, aku pun berkeinginan untuk berbincang dengannya. Aku datang telat waktu itu, ternyata Rizki yang akrab dipanggil Kiki ini melantukan enam buah lagu Islami. Rizki mengaku bahwa dia tidak memiliki persiapan khusus, dari rumah dia hanya siap dengan satu buah lagu. ”Nggak tahu, tiba-tiba tadi yang keluar enam lagu,”ujar Rizky ditemani ibunya.

Rizky mungkin adalah salah satu remaja yang beruntung di dunia ini. Meski memilki keterbatasan fisik, dia tidak patah semangat. Berbagai even menyanyi di ikuti dan puluhan piala baik lokal nasional berhasil ia boyong ke rumah. Itu belum termasuk berbagai sertifikat penghargaan dari berbagai institusi yang mengundang.

Merupakan bungsu dari empat bersaudara, Risky cacat sejak lahir. Ketika berusia tiga tahun ia baru sadar bahwa dirinya merupakan seorang tunanetra sehingga tidak sanggup menikmati indahnya dunia. Kondisi demikian membuat Ibunya merujuknya ke rumah sakit Dr Soetomo. Ironisnya, sang dokter menyatakan bahwa Rizky mengalami kebutaan total dan membutuhkan banyak biaya agar bisa sembuh. Dokter mengatakan, Rizky tidak memiliki kelopak mata sehingga perlu ada penggantinya.

Ayahnya Riski hanyalah seorang sopir, sangat mustahil bisa membiayai pengobatan yang bernilai jutaan rupiah. ”Akhirnya saya pun pasrah saja hingga Rizky usia 15 tahun ini tetap belum bisa normal,”ujar ibunya yang selalu setia mendampingi Risky untuk show di berbagai tempat.

Namun, kebutaan bukanlah akhir segalanya. Rizky tetap semangat dalam menjalani hidup dan menginjak usia 5 tahun, bakat Rizki di bidang tarik suara mulai menonjol. ”Di usia 5 tahun, saya sudah memaksakan diri untukl ikut lomba nyanyi di THR dan dapat juara II,”ujar Rizky tersipu. Untuk menyenangkan buah hatinya, dalam usia yang masih sangat belia, terpaksa ibunya pun menuruti, ”Lomba demi lomba dia ikuti dan alhamdulillah sering menggondol piala, jadi juara,”tambah ibunya.

Mendapat gelar juara II, seperti umumnya anak-anak, Rizki bertambah semangat memompa kualitas vokal nya. Hasil kerja keras membuahkan hasil dalam satu tahun pernah meraih 20 piala dan sertifikat, ”Bermula dari situlah akhirnya saya sering mendapat undangan dari Jakarta, dan Malang, tetapi kami tidak berani mematok harga,” ujar bungsu dari empat bersaudara ini.

Hafal Dalam Sehari
Bagi orang normal, sesungguhnya sangat susah menghafalkan sebuah lagu sekaligus memainkannya dengan organ. Tapi Hal itu tidak berlaku buat Rizki, matanya yang buta justru berbuah ingatan yang sangat tajam. Dalam sehari dia bisa menghafal beberapa lagu plus kunci-kunci nada yang ada di Oragan. Tidak hanya lagu Indonesia, lagu Mandarin pun juga sudah biasa dia lantunkan, ”Cuma nama penyanyinya saya tidak tahu, sebab sulit mengeja namanya,”ujar siswi SMAN 10 Surabaya ini.
Apakah tidak ada rencana bikinlagu dan masuk dapur rekaman? Rizky mengaku hingga saat ini belum ada tawaran dari produser untuk rekaman. ”Munghkin belum rezekinya, ya sementara ini masih keliling ke barbagai tempat,”pungkasnya.[]

Minggu, 30 September 2007

Setelah Menang Lomba, Lalu Apa?

Lomba penelitian mahasiswa semacam Pimnas, LKTM, PPKM dan sejenisnya merupakan ajang kompetisi paling bergengsi bagi mahasiswa Indonesia. Di sini, hasil karya finalis dari perguruan tinggi se-Indonesia dinilai, dikritisi, diadu. Proses seleksi yang harus dilalui para finalis sangatlah panjang dan berjenjang. Mulai dari seleksi antar jurusan tiap fakultas, kemudian antar fakultas tiap perguruan tinggi, dan antarperguruan tinggi yang tergabung dalam satu wilayah.
Guna mempersiapkan hal itu, para mahasiswa pun harus merelakan diri untuk begadang, mencari referensi ke berbagai tempat, konsultasi ke dosen dan sebagainya. Konsekuensinya, kesehatan semakin kurang diperhatikan dan waktu nongkrong pun terpangkas.
Tidak masalah memang, pengorbanan wajib diperlukan untuk meraih obsesi meraih kemenangan. Setelah kemenangan teraih, what next? Prestise dan menjadi populer seantero kampus sudah pasti menjadi hal yang akan dialami oleh pemenang lomba. Namun, beberapa bulan berselang, kemenangan yang ditorehkan ternyata dilupakan, hilang ditelan prestasi mahasiswa lain dan yang paling utama, belum (sempat ) bermanfaat bagi masyarakat.
Hasil riset mahasiswa saya lihat hanya dinikmati oleh peserta lomba dan masyarakat kampus peserta lomba. Masyarakat tidak tahu menahu akan siapa pemenangnya dan apa yang diteliti karena publikasi di media massa juga minimalis. Padahal, masyarakat perlu tahu apa manfaat riset tersebut. Misalnya, biji lamtoro dalam penelitian seorang mahasiswa ternyata bisa mencegah dan mengobati kanker. Nah, hal ini seharusnya bisa dipublikasikan ke khalayak ramai, bagaimana detail penggunaan biji lamtoro agar bisa menjadi obat. Jika tidak, maka tidak ada artinya penelitian mahasiswa.



Revitalisasi Tridharma PT
Fenomena diatas membuktikan bahwa penelitian, pendidikan dan akhirnya pengabdian (Tridharma Perguruan Tinggi) belum bisa diterapkan seiring sejalan dan perlu direvitalisasi. Terkait dengan lomba penelitian ini, unsur pengabdian masih minim dilakukan oleh perguruan tinggi. Yang paling bisa dirasakan mungkin adalah Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilaksanakan tidak lebih dari tiga bulan. Diluar kegiatan tersebut, karya mahasiswa masih belum menyentuh kebutuhan stake holder. Seyogyanya, pengabdian masyarakat itu sekedar dilakukan untuk memenuhi formalitas akademik. Sebab, keberadaan perguruan tinggi harus membawa manfaat bagi masyarakat.
Sungguh ironis jika di dalam kampus kajian-kajian keilmuan begitu bagus, tapi penduduk sekitar kampus masih ada yang buta huruf dan terbelakang. Jadi, ada kesenjangan dan ketimpangan yang parah. Untuk itulah, langkah pengabdian masyarakat harus dilakukan tanpa menunggu momentum akademik seperti KKN.
Demi menjunjung tinggi semangat Tridharma dan agar hasil penelitian yang dimenangkan dalam perlombaan tidak mubazir, setidaknya ada dua hal yang perlu dilakukan oleh para kaum intelektual pemenang lomba. Pertama, mengembangkan jurnal-jurnal ilmiah di tanah air. Pemenang lomba sudah sewajarnya menuangkan hasil penelitiannya agar bisa dikonsumsi khalayak. Dengan publikasi yang baik, maka hasil riset tersebut bisa diterapkan masyarakat dan bermanfaat. Jurnal ilmiah ini juga bisa menjadi wahana saling bertukar informasi yang efektif pada sebuah bidang ilmu pengetahuan.
Kedua, membuat prioritas penelitian. Selama ini peneliti memang cukup menumpuk di Indonesia, tetapi tetap saja arah penelitian yang berkembang baik di universitas maupun di lembaga penelitian belum mampu menciptakan sebuah trade mark tersendiri apa yang menjadi kompetensi dan kebutuhan bangsa Indonesia. Berbeda dengan Singapura yang meskipun sudah maju dari sisi penelitian, Singapura tetap memiliki prioritas di bidang Bioteknologi, demikian juga dengan Kuba atapun India yang juga fokus pada Bioteknologi selain IT nya. Nah dengan demikian diperlukan sebuah prioritas, riset mana yang diperlukan masyarakat. Misal, ketika harga BBM naik bagaimana upaya agar ada substitusi bahan bakar yang lebih murah meriah.
Dengan dua hal tersebut, saya yakin mahasiswa tidak hanya menjadi peneliti an sich, melainkan sudah mampu menjadi agent of change demi untuk mencerdaskan dan bermanfaat bagi masyarakat.
Yang tidak kalah pentingnya, fenomena umum yang menyedihkan dalam sebagian besar pameran dan perlombaan karya-karya ilmiah adalah sangat minimnya karya yang telah disiapkan untuk mendapatkan hak karya intelektual. Karya-karya orisinil dan segar dari mahasiswa ini tidak terlindungi. Keadaan ini bisa dianggap ilegal atau sangat rawan terhadap penjiplakan. Keadaan itu bukan saja gambaran mahasiswa peserta lomba. Di kalangan dosen pun, kepedulian untuk melindungi hak karya intelektual masih belum berkembang. Ada banyak alasan, di antara biaya dan proses yang rumit. Akan tetapi, mengingat bahwa di banyak universitas tersedia pusat pengembangan hak karya intelektual, layak kalau perlindungan atas hak karya intelektual mendapat perhatian terhadap karya-karya ilmiah.
Persolan tadi tidak ada terselesaikan jika peran pemerintah masih minim terhadap dunia penelitian. Pemerintah harus terus menerus proaktif dengan cara memberikan perlindungan hak terhadap hasil karya mahasiswa. Dengan begitu, para mahasiswa akan terlecut semangatnya untuk meneliti dan tentunya akan bermanfaat bagi rakyat.

Pemuda: Zoon Politicon

Kepada pewaris peradaban
Yang telah menggoreskan
Sebuah catatan kebanggaan
Di lembar sejarah manusia
Syair Totalitas Perjuangan ini acapkali didengungkan mahasiswa tatkala berdemonstrasi di jalanan. Secara eksplisit, syair ini menujukkan bahwa kaum muda hampir selalu menjadi motor penggerak perubahan peradaban manusia dibelahan dunia manapun.

Demikian pula dengan keputusan Ketua Umum KNPI, Hasanuddin Yusuf mendirikan Partai Pemuda Indonesia (PPI) saya kira merupakan bagian dari iktikad dan ijtihad untuk menjadi motor perubahan ditengah permasalahan bangsa yang kian kompleks. Sebagai zoon politicon, manusia secara perorangan tidak akan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Manusia mesti berkumpul dalam komunitas,karena dengan inilah kata politik itu terlahir. Zoon Politicon ini kemudian berkembang dengan istilah ideolgy interest yang menganggap wajar hubungan organisasi pemuda sebagai ranah demokrasi mikro dengan Parpol sebagai ranah demokrasi makro.
Kekhawatiran sejumlah fungsionaris KNPI seperti akan terciptanya bias antara KNPI dan PPI, persolan etika organisasi, yang akhirnya berbuah ancaman dengan menggelar Kongres Luar Biasa untuk memilih ketua umum baru (JP,5/6/2007) merupakan tindakan berlebihan dan tidak proporsional.

Berdirinya PPI atas inisiatif ketua Umum KNPI merupakan hal yang wajar dan tidak perlu dianggap sebagai merusak tatanan KNPI. Kenapa demikian? Pertama, sudah tegas di dalam AD/ART KNPI bahwa tidak ada larangan sama sekali bagi semua kader KNPI termasuk ketua umum untuk menjadi pengurus partai politik.

Hal ini seyogyannya menjadi perhatian agar semua pihak menghormati keputusan bersama dan tidak membuat dalil baru sebagai pembenaran. Tidak adanya larangan tersebut bermakna bahwa Parpolbukanlah virus yang harus dihindari. Kedua, bukan rahasia lagi kalau ternyata KNPI memiliki hubungan yang sangat mesra dengan Parpol. Indikatornya, saat ini KNPI terdiri atas 70-an organisasi kepemudaan. Sembilan di antaranya adalah organisasi pemuda parpol dan ketua KNPI di daerah rata-rata adalah pengurus parpol. Demikian pula dengan OKP yang selama ini tergabung di KNPI seperti HMI, GMNI, dan PMII, Ketiga OKP ini tidak bisa dipungkiri memiliki kedekatan dengan Parpol tertentu.

Ini menunjukkan perselingkuhan politik antara KNPI dengan Parpol sudah terjalin begitu lamanya. Padahal, secara legal normatif KNPI bersifat independen. KNPI bukanlah underbouw dan mesin politik pemerintah dan parpol, KNPI adalah sebuah organisasi kepemudaan yang menghimpun semua kekuatan pemuda. Dengan demikian, rahasia hubungan KNPI dengan parpol harus dibuka dengan memberikan kebebasan anggota untuk aktif di Parpol sehingga tidak ada lagi kecemburuan satu sama lain. Namun, secara organisatoris KNPI harus tetap bebas dari kepentingan Parpol tertentu.

Ketiga, belum lama ini, seiring kegagalan pemerintah (baca:golongan tua) dalam mewujudkan agenda reformasi, banyak bermunculan parpol yang berbasis dan dilahirkan dari kalangan pemuda seperti Partai NKRI pimpinan Sys NS dengan mengusung jargon partai pemuda yang gaul dan fungky. Kemudian, selepas lengsernya Amien Rais menjadi ketua Umum PAN, elemen muda Muhammadiyah mendirikan Partai Matahari Bersatu (PMB) sebagai partai alternatif warga Muhammadiyah.

Fakta ini menggambarkan adanya kekecewaan kaum muda terhadap perkembangan bangsa terkahir yang kian memilukan. Dengan hadirnya Parpol berbasis pemuda, Dengan visi dan misi yang hampir sama, keinginan untuk mewujudkan agenda reformasi yang terbengkalai bukan sesuatu yang mustahil.

Politik Moral dan Kekuasaan
Selama ini, gerakan pemuda lebih dicitrakan sebagai gerakan moral yang mengusung nilai ideal, normatif yang berorientasi terciptanya nilai-nilai kebenaran, keadilan, humanisme profesionalitas dalam mengelola negara. Model gerakan pemuda terutama mahasiswa sebagai gerakan moral ini tidak mempedulikan siapa yang menjadi pemimpin. Model ini haram mendukung seseorang untuk menjadi pemimpin, tapi siapa pun pemimpin yang dzalim akan berhadapan dengan gerakan pemuda..
Seiring berkembangnya arus demokratisasi, tampilnya pemuda sebagai penggugah moral penguasa ternyata tidak begitu efektif dalam merubah kebijkan pemerintah. Demonstrasi di jalanan juga semakin tidak menarik lagi dan justru menjadi bahan cibiran karena tindakan yang terkadang anarkhis dan memacetkan arus lalu lintas.
Oleh karena itu, Fajroel Rachman menegaskan bahwa gerakan kaum muda seharusnya tidak berhenti sebagai gerakan moral dan gerakan menumbangkan rezim saja, tetapi juga harus merebut dan membangun kekuasaan. Tanpa kekuasaan, tidaklah mungkin untuk mewujudkan cita-cita politik.
Fajroel Rachman bahkan menyarankan sebagian pergerakan mahasiswa dan pemuda pada umumnya mendirikan partai politik dan menjadi bagian gerakan politik intraparlementer dengan terlibat dalam kancah politik formal.
Dengan demikian, anggota KNPI hendaknya diberi keleluasaan untuk mendirikan atau bergabung dengan Parpol. Yang lebih penting, secara institusional KNPI tetap sebagai organisasi independen.

Mengajak Sholat Malah Ditertawakan

Hidup bersahaja, itulah sosok seorang Manager Personalia PT. Malidas Sterillindo yang bernama Mashuri. Sebagai Manajer Personalia perusahaan tentunya memiliki kewajiban untuk menjembatani kepentingan karyawan kepada perusahaan dan sebaliknya. Disela-sela tugasnya itulah, dia memanfaatkan waktunya untuk berdakwah di lingkungan perusahaan yang mempunyai lebih dari 200 karyawan. Bagaimana suka dukanya? Berikut uraiannya

Oleh: Dody Firmansyah


Peduli untuk berbagi adalah kata kunci saya dalam mengarungi hidup ini, berbagi ilmu dan pengalaman, berbagi kebahagiaan dengan orang lain dan berbagi rejeki merupakan sumber kebahagiaan yang berlipat-lipat. Saya ingin terus berdakwah dimana saja dan menghadapi siapa saja. Dan memang sebagaimana apa yang dikatakan Ibnu Qoyyim, Al Jauziyah bahwa, Janganlah membayangkan dunia dakwah itu bagaikan berjalan di rerumputan yang halus dan penuh wewangian, karena sesungguhnya jalan dakwah ini penuh onak dan duri. Saya merasakan betapa berat dan kuatnya hambatan saya dalam berdakwah.

Ditempat saya bekerja sekarang, saya mencoba untuk merasakan pahit manisnya dalam berdakwah. Tantangan menghunjam didepan mata dimana kondisi lingkungan yang jauh dari warna religiusitas, begitu kering. Pada saat perusahaan masih di Surabaya, saya pernah ditertawakan karena mengajak orang sholat. Saat itu, melakukan sholat merupakan suatu aktivitas yang aneh dan langka. Ketika saya berjalan menuju musholla saya sempat ada yang nyeletuk, "Wah anak pak Kiai mau sholat, ini pabrik bukan pondok pesantren,"sedikit kata yang tajam dan menusuk memang. Namun, hal itu tetap tidak menghalangi niat saya untuk beribadah.

Di bulan Ramadhan, ketika orang lain sibuk berlomba-lomba mengais pahala di bulan suci, justru karyawan disini tidak mempergunakan bulan ini sebagaimana mestinya. Hampir tidak ada bedanya dengan bulan-bulan lain, makan, minum di berbagai tempat tanpa ada rasa sungkan. Pada dasarnya, para karyawan berniat berpuasa ketika berangkat kerja karena memang sudah makan sahur, namun ketika sudah di depan pintu, diajak ngobrol dan akhirnya makan minum. Di perusahaan ini, orang yang sholat dan berpuasa bisa dihitung dengan jari.

Suatu saat saya pernah mencoba untuk bertanya alasan mereka tidak sholat, rata-rata mereka menjawab”Saya ini kotor pak, saya ini tidak pantas untuk sholat”, terus kapan bersihnya? tanya saya. Dia menjawab, ”Setelah menikah pak, Insya Allah. Teman saya yang lain sebut saja Fulan, malah menjajikan akan sholat dan beribadah tekun setelah memiliki anak. Alhamdulillah setelah menikah dan memiliki anak kedua karyawan tadi memenuhi janjinya.

Bertahun-tahun saya melakukan upaya untuk membuka kekosongan hati kawan-kawan agar segera melaksanakan perintah-Nya. Pengajian-pengajian rutin sudah diseleggarakan dengan peminat yang sebenarnya cukup lumayan. Namun, sekali lagi hal itu tidak lantas membuat mereka sadar dan segera bertobat. Mereka tetap tidak menjalankan sholat dan puasa. Padahal dalam materi itu sudah dijelaskan mengenai ancaman orang yang malas sholat, durhaka dan lainnya. Materi pengajian berkisar pada persoalan, kalau tidak surga maka neraka. Dan Waktu itu yang rutin mengisi acara bukan ustad kacangan. Ustad Sholeh Drehem (sekarang Ketua IKADI Jatim) dan Ust Rofi Munawar (Anggota DPRD) adalah diantara orang yang pernah ceramah di kantor. Setelah pengajian usai, mereka kembali bekerja dan sholatnya ketinggalan. Bahkan ada karyawan ketika sholat jamaah sudah dimulai, justru tidak mau bergabung untuk sholat dan memilih menunggu di depan masjid.

Tidak lama berselang, upaya dakwah itu ternyata mendapat dukungan dari owner perusahaan. Saya waktu itu mengusulkan kepada owner agar karyawan yang tekun sholatnya diberi hadiah. Dan akhirnya hal itu cukup berhasil membuat karyawan menjadi semakin banyak yang berduyun-duyun ke mushola ketika waktu sholat menjelang. Pendekatan dan sentuhan dakwah personalia inilah membuat karyawan yang memproduksi bedak ini merasakan bagaimana semestinya bekerja yang baik, semangat tiada henti dan mengharap ridho Allah SWT semata. Insya Allah kerja yang bernilai ibadah akan membawa rejeki yang barokah.

Pada prinsipnya dakwah itu harus dilakukan tanpa kenal henti, bersemangat, dan tidak pandang bulu. Mengutip dari sebuah perumpamaan, kalau anda memiliki tetangga dan kita melihat rumahnya terbakar, kira-kira apa yang kita dilakukan? Saya yakin secara spontan akan berusaha untuk memadamkan tanpa ada pamrih sama sekali. Itu baru sekedar rumah, kita juga sepatutnya kasihan terhadap saudara kita karena sudah sekian lama tidak sholat. Apalagi kalau kita dalam bekerja menempati posisi strategis, maka akan lebih mudah untuk mengkondisikan lingkungan.

Keteladanan dalam setiap aspek kehidupan harus senantiasa ditonjolkan, saya kira kalau kita ingin istri dan anak kita menjadi orang baik maka berbuatlah baik pada diri kita. Demikian pula kalau berharap orang lain berbuat baik dan taat pada tuhannya, maka berilah contoh bagaimana semestinya hidup yang baik dan taat pada tuhannya itu.
Dan yang lebih penting menurut dia dalam berdakwah adalah kesabaran dan keikhlasan. Memang benar sebagaimana dalam hadits dari Ibnu Umar RA berkata, Rosulullah SAW bersabda, "Mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar atas gangguan mereka adalah lebih baik daripada mukmin yang tidak bergaul dan tidak sabar atas gangguan mereka" (HR. Ibnu Majah).
Disamping itu, semangat saya tak lepas dari doa restu ibunya tercinta. Oleh karena itu setiap bulan berusaha menyempatkan hadir di hadapan ibu yang ada di Kediri. Sudah menjadi kewajiban anak untuk membahagiakan seorang ibu yang telah memberikan segala-galanya terhadap anaknya. Balasan anak berapapun yang telah diberikan padanya tak sebanding dengan pergorbanan seorang wanita yang berani mati untuk kehadiran anak di dunia ini.Dimana Bumi dipijak, disitu dakwah bergerak[]

Waspada Terhadap Track Record

Pemberantasan korupsi di Indonesia kembali menemukan momentumnya dengan dimulainya seleksi pimpinan Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK). Seleksi ini merupakan taruhan besar bagi upaya pemberantasan korupsi. Pasalnya, upaya pemberantasan korupsi masih belum menujukkan hasil yang memuaskan.

Korupsi yang semula tersentralisasi pada elite-elite kekuasaan di era Orde Baru kini telah merata dari pusat hingga ke daerah, dari eksekutif, legislatif, hingga yudikatif. Praktik korupsi menjadi pemandangan umum, tak Cuma dilakukan oleh pejabat, melainkan oleh para pegawai di level bawah. Belum lagi kasus korupsi BLBI, konglomerat hitam, pejabat tinggi, mantan penguasa Orde Baru dan kroninya yang belum tersentuh hingga kini.

Menurut survey Political and Economic Risk Consultancy (PERC), Indonesia masih masuk kategori negara korup. Dalam publikasi hasil survey, PERC menempatkan Indonesia di urutan kedua bersama Thailand. Sedangkan predikat negara terkorup di Asia, menurut survei, adalah Filipina. Pada survey yang sama tahun lalu, Indonesia berada di urutan pertama sebagai negara paling korup di Asia.

Sejalan dengan survey PERC, indeks persepsi korupsi (IPK) Indonesia menurut survey Transparancy International Indonesia (TII) semakin meningkat tiap tahunnya. Tahun 2005, IPK Indonesia 2,2, pada tahun 2006 mencapai 2,4.Korupsi di Indonesia (Rakyat Merdeka.com)

Kendati terjadi penurunan tingkat korupsi, seleksi pimpinan KPK tetap harus obyektif, transparan, dan berkualitas. Dan hal itu memang tidak semudah membalik telapak tangan. Beragam hambatan dan kepentingan politik akan mewarnai setiap kebijakan yang lahir dari lembaga super body ini.


Dengan demikian, menjadi urgen agar panitia seleksi mencermati track record masing-masing calon. Kalau calon tersebut seorang pengusaha atau mantan pengusaha, harus diselidiki apakah pernah terlibat manipulasi pajak atau praktik korupsi, kolusi dan nepotisme dalam jumlah yang besar, berapa total kekayaannya dan dari mana saja harus rigid dan transparan. Kalau dia seorang polisi atau mantan polisi, harus diselidiki apakah tatkala mencapai puncak karier dengan jujur dan bukan karena suap seperti lazim terjadi di lingkungan kepolisian


Namun, secara umum ada beberapa hal yang sebaiknya dihindari dalam menggali track record para calon. Pertama, anggota KPK bukan seorang birokrat dan harus berani melawan intervensi pemerintah yang setiap saat ”mengganggu” kinerja KPK.


Dalam hal ini KPK memiliki catatan buruk, misalnya dalam kasus mantan gubernur NAD, Abdulah Puteh. Perintah penonaktifan yang dikeluarkan oleh KPK agar Presiden memberhentikan sementara Puteh yang tersangku kasus pembelian helikopter tidak ditanggapi pemerintah. Presiden Megawati sama sekali tidak menjawab soal perintah KPK untuk memberhentikan sementara Puteh.


Kedua, KPK bebas dari aktivis atau mantan aktivis Partai politik. Berbicara persoalan Parpol, tentu tidak pernah lepas dari kepentingan jangka pendek yang menguntungkan salah satu golongan. Dengan dihapusnya aktivis parpol di KPK maka akan menghindari gesekan antar kepentingan. KPK pun akan lebih memiliki kredibilitas dimata masyarakat.


Ketiga, KPK bebas dari oknum Orde Baru. Hal ini penting sebab bagaimanapun citra orba yang sarat KKN selama ini belum pulih benar. Kultur Orba yang korup harus senantiasa dijauhkan dengan institusi penting dan strategis seperti KPK sebab diakui atau tidak, tikus-tikus kelas kakap juga lahir di era Orba.











Politisasi KPK di DPR


Tak bisa dipungkiri, proses pemilihan pimpinan KPK oleh DPR selalu diwarnai proses seleksi politik yang kental, karena DPR adalah lembaga politik. Tentunya dalam proses seleksi, kita berharap agar DPR betul-betul melakukannya secara transparan dan memberikan alasan yang jelas tentang kelulusan dan ketidak kelulusan para calon.


Inilah pertaruhan DPR dalam memilih para pimpinan KPK. Kesalahan dalam memilih akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan lembaga itu di mata masyarakat yang sangat berharap KPK mampu bekerja sesuai undang-undang. Saya tidak mempersoalkan dari mana para calon pimpinan KPK itu berasal, yang penting mereka memiliki integritas dan komitmen untuk memberantas korupsi secara sungguh-sungguh. Jangan sampai pimpinan KPK pilihan DPR justru akan melindungi kepentingan politik partai-partai yang berkuasa di DPR. DPR adalah pemegang keputusan terakhir dalam seleksi pimpinan KPK, sehingga sangat beralasan bahwa masa depan KPK ditentukan oleh proses seleksi pimpinan KPK di DPR.


Terungkapnya kasus korupsi KPU, dijebloskannya Abdullah Puteh ke penjara merupakan prestasi konkrit KPK tiga tahun terakhir. Diluar itu, masih berkeliaran kasus korupsi dengan angka triliunan rupiah yang hingga kini belum tersentuh. Korupsi DKP yang menyangkut tokoh-tokoh nasional juga menjadi PR besar bagi KPK yang baru. Pemberantasan korupsi yang terkesan tebang pilih diera sebelumnya harus menjadi bahan eveluasi untuk memilih pimpinan KPK yang lebih tangguh.





*Dody Firmansyah


Mahasiswa FISIP Unair dan


PPSDMS Nurul Fikri

Sabtu, 29 September 2007

Memasung Hak Anak, Sanksi Harus Tegas

Drama penculikan Raisya Ali Said yang menyita perhatian publik termasuk presiden SBY dan Wapres Jusuf Kalla telah berlalu dengan happy ending. Tidak ditemukan indikasi penyiksaan ataupun intimidasi yang dilakukan para penculik terhadap Raisya. Raisya justru mendapat perlakuan sebagaimana umumnya anak-anak seusianya, dia diajak jalan-jalan dan hanya menderita penyakit cacar.

Namun, trauma pasca kejadian dipastikan menghantui bocah lima tahun itu dengan durasi yang bisa bervariasi. Korban penculikan umumnya akan menderita gangguan persepsi, kecemasan terhadap trauma lanjutan, halusinasi, perubahan kepribadian, mimpi buruk berulang-ulang, dan takut diculik lagi.

Terlepas dari Raisya, tragedi penculikan anak memang sepantasnya mendapat perhatian ekstra dari siapapun. Pasalnya, peristiwa demikian menyangkut nyawa manusia, masa depan anak dan beban psikologis orang tua. Selain itu, kisah Raisya merupakan bagian kecil dari rentetan kasus serupa yang dialami anak-anak terutama di kota besar seperti Jakarta. Selama bulan Agustus ini telah terjadi beberapa kali penculikan. Korbannya pun tidak hanya anak kecil saja.

Pada 6 Agustus 2007, Yalani diculik. Tiga hari kemudian, giliran Semi yang diculik di Tanjung Priok. Pada 14 Agustus 2007, Fitriani Pujiastuti (3 tahun), anak seorang tukang sapu kereta diculik di stasiun kereta Gondangdia. Korban dijual seharga Rp400 ribu. Pada 15 Agustus ada tiga kasus penculikan. Raisya Ali Said (5 tahun) diculik di kompleks AURI, Jakarta Timur.

Zainal, seorang pengusaha batubara juga diculik di Hotel Sheraton, Jakarta Pusat. Keluarga korban dimintai tebusan US$ 5juta. Erizka Prafitasari (16tahun) juga diculik pada hari itu. Siswi SMA ini diculik saat naik taksi dengan meminta tebusan Rp.50 juta. Dari semua peristiwa tersebut, patut disyukuri semua penculik bisa tertangkap.(Koran Tempo,22/8)

Angka penculikan yang tinggi menunjukkan betapa anak-anak memang rentan terhadap tindak kriminalitas. Korbannya bisa menimpa keluarga mana pun baik itu orang kaya maupun orang biasa. Penculikan terkadang juga menimbulkan korban jiwa seperti yang terjadi di pada 2003 di Jakarta dimana penculikan dilakukan satu keluarga Toni Buntung yang melibatkan istri, anak, dan menantu. Dari tujuh anak yang diculik, dua di antaranya dibunuh karena orang tua si anak tidak memberikan uang tebusan.


Pelanggaran


Aneka modus penculikan anak merupakan tindakan sadis yang melanggar kepentingan anak yang semestinya dilindungi. Seperti ditegaskan dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (pasal 4) disebutkan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Dari sini dapat dipahami bahwa anak memilki legalitas untuk mendapat hak-haknya sebagaimana mestinya. Namun seperti yang lazim terjadi di negeri ini, peraturan ini pun hanya sebatas tulisan yang tercatat di kitab-kitab hukum para penegak hukum. Realisasi dari penegakan peraturan itu pun juga masih jauh dari harapan.
Ironis memang, sebagai bagian terkecil dari komunitas masyarakat , anak sering merasakan dan menjadi korban struktur sosial yang lalim. Hak-haknya kerap disunat. Hak mendapat perlindungan, hak memperoleh pelayanan pendidikan, hak memperoleh pelayanan kesehatan dasar, hak mendapatkan kasih sayang dan hak untuk mendapat perlakukan yang sewajarnya dari seluruh komponen masyarakat sering kali tidak terpenuhi secara memadai, termasuk memperoleh status yang seharusnya ia miliki. Kegagalan seorang anak untuk mendapatkan haknya disebabkan identitasnya sebagai anak tidak memiliki kekuatan hukum seperti orang dewasa.


Sanksi Tegas
Himbauan presiden SBY yang meminta para penculik agar segera melepaskan Raisya dengan jaminan keselamatan bagi para penculik menurut saya kontra produktif terhadap upaya penegakan hukum itu sendiri. Hukum harus tetap ditegakkan dengan memberikan sanksi yang setimpal atas tindak penculikan tersebut. Tindakan penculikan sudah bisa dikategorikan tindak pidana murni. Pelaku bisa dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena telah melanggar UU No 23 tentang Perlindungan Anak. Himbauan presiden seharusnya dipahamai sebagai sebuah empati humanisme sebagai seorang ayah yang turut prihatin terhadap anak yang berhari-hari berada disarang penculik dengan nyawa sebagai taruhannya.

Jika para penculik ini dibiarkan bebas tanpa ada sanksi, maka akan menjadi preseden buruk bagi penegakan hukum di Indonesia sehingga penculikan akan terus merajalela di tanah air. Hukuman berat akan menjadi shock terapy bagi para penculik agar tidak mengulang tindakan yang sama dikemudian hari. Orang tua pun juga tidak akan was-was terhadap kemungkinan penculikan yang menyita waktu, pikiran dan biaya. Pemerintah seyogyanya menerapkan hukuman yang konsisten terhadap pelaku penculikan sehingga ada efek jera dari pelaku kejahatan. Penculikan adalah kejahatan yang tidak bisa ditolerir karena meresahkan dan mengancam nyawa orang.