Kamis, 03 Januari 2008

Pengakuan Korban Kristenisasi

Sabtu (29/12) kemarin, LMI menggelar kegiatan peresmian Rumah Sehati. Salah satu rangkaian kegiatan tersebut adalah pemeriksaan kandungan dan kesehatan gratis untuk umum. Berbagai macam peristiwa menarik menghiasi acara yang selenggarakan di Jalan Bratang Gede I, Surabaya. Salah satu peristiwa yang menyita perhatian pengunjung adalah kehadiran Kristin, (50)yang notabene meruapkan non muslim.


Surabaya, pukul 10 pagi seorang pemuda tanggung lengkap dengan anting-anting dan topi lusuh yang dikenakannya sedang menuntun seorang ibu berkulit putih, bermata sipit menuju tempat registrasi pemeriksaan kesehatan kemarin. Dengan sepenuh hati dan sabar, pemuda itu mengantar hingga ke tempat pemeriksaan.

“Ada keluhan apa bu? Ada yang bisa kami bantu?” tanya dokter Rumah Sehati dengan ramah. Dengan segera ibu itu mejelaskan hal-hal yang dirasakan dalam tubuhnya. Ibu yang mengaku bernam Kristin (50) itu merasa sudah beberapa tahun terakhir ini penglihatannya kabur dan pendengarannya mulai berkurang. Mau berobat ke Rumah Sakit pun juga tidak ada uang sepeserpun. ” Berangkat dari rumah kesini aja tadi nggak bawa uang sama sekali,” kata Kristin.

Selain inderanya mengalami gangguan, Kristin yang pemeluk Katolik juga divonis menderita kencing manis yang hingga kini juga belum ada pengobatan serius dari pihak keluarganya. Pihak gereja yang selama beberapa tahun menngung biaya hidup dan pendidikan bagi anak-anaknya juga sudah memutus dan tidak menanggung biaya hidup keluarganya. Suami yang diandalkan untuk mencari nafkah pun juga sering sakit-sakitan. Praktis, pemasukan sehari-hari didapat dari anak nya yang berprofesi sebagai penjual bumbu pecel.

Korban Kristenisasi
Dalam perbincangannya dengan saya, Kristin mengaku pernah didatangi seorang Katolik dari gereja daerah Ngagel, Surabaya. ”Sebagai penjahit saya harus melayani siapapun dengan baik tidak terkecuali orang kristen,” ujar wanita yang hingga kini masih ber-KTP Islam ini.

Setelah kedatangan tamu Kristen tadi, lanjut Kristen dirinya ditawari untuk pengajuan beasisiwa bagi keenam putra-putrinya. Kristin pun mengajukan proposal ke pihak gereja agar segera mendapat bantuan. Oleh pihak gereja ternyata disambut baik dan siapa memberikan cairan biaya pendidikan asal rutin pergi ke gereja setiap minggu. ”Sejak saat itu saya mulai rutin ke gereja dan setelah itu langsung diadakan pembaptisan buat saya, saya resmi masuk kristen tapi tetap ber KTP Islam hingga sekarang,” tambah Kristin dengan sedikit mengeraskan suara. .

Dengan masuknya Kristin ke Katolik, suplai dana pendidikan ke anak bungsunya pun berjalan lancar hingga kurang lebih 10 tahun. Anak bungsunya, Rio pun mampu bersekolah hingg jenjang menengah atas Sebagai kompensasinya, Krisin harus rutin pergi ke gereja mengikuti misa kebaktian di gereja Logos, kawasan Ngagel Suarabaya.
Rio(17) anak bungsunya yang berada disampingnya pun membenarkan pernyataan ibunya tersebut. ”Dari SD, saya mendapat santunan dari gereja Logos, cukup besar memang hingga kelas dua SMA,”ujar Rio menegaskan.

Kala Rio memasuki kelas dua SMA, pihak gereja sedikit demi sedikit menunjukkan gelagat kurang menyenangkan. Gereja tanpa sepengetahuan Kristin dan keluarganya memutus secara sepihak kucuran biaya pendidikan Rio. Hal ini membuat, keluarga Rio collapse dan dengan berat hati, Rio harus meninggakan bangku sekolah saat dirinya masih kelas dua. ”Sejak pemutusan biaya sekolah itu, saya juga tidak lagi kembali ke gereja, saya juga nggak ngurus lagi pengajuan lagi,” ujar wanita kelahiran Jember ini.

Rio mengatakan, sejak putus sekolah ia bekerja sebagai penjaja koran dengan penghasilan yang cukup minimalis. Namun, itupun ternyata tidak bertahan lama. Disebabkan pertengkaran dengan kawan penjual koran lain, ia memilih berhenti sebagai penjual koran eceran dan hingga kini mash menganggur. ”Gara-gara rebutan pembeli akhrnya kita beradu mulut dan lebih baik saya mengalah,” ujar Rio.

Kemungkinan masuk Islam

Kristin pun kini goyah keimanannya. Dikatakan Kristen tidak pernah ke gereja dalam dua tahun terakhir. Dikatakan Islam pun juga tidak. Apakah 25 Desember kemarin merayakan natal? Kristin mengaku tidak merayakannya. Demikian halnya dengan Idul Fitri, ia tidak merayakannya sama sekali disebabkan tidak ada uang untuk merayakan. Ketika ditanya adakah niat untuk memeluk Islam Kristin mengiyakan. ”Iya, kemungkinan saya akan memeluk Islam,”ujarnya lirih.

Di akhir perbincangan, Kritin menanyakan banyak hal mengenai beasiswa untuk anaknya, Rio. Dia berharap Rio kembali bisa mengeyam bangku sekolah yang ditinggalkannya. ”Saya nggak ingin anak saya jadi orang nggak bener, ya... Paling tidak hingga lulus SMA saja lah. Ketika ditawari apakah punya keinginan melanjutkan ke perguruan tinggi, Rio mengelak dan lebih memilih hanya sampai SMA[]

2 komentar:

Unknown mengatakan...

saya belum melihat solusi dari LMI???

Anof Krisdianto mengatakan...

numpang leawt mas dody http://calonpustakawan.blogspot.com/