Jumat, 07 Desember 2007

Sentuhan Rabbani di Bukit Kapur



“Select operator”. Demikian pesan singkat yang saya terima dari handphone tatkala memasuki dusun Selang, Desa Jadi kecamatan Semanding, Tuban. Perintah untuk mencari jaringan atau sinyal hanphone tadi menggambarkan betapa sulitnya menjangkau dusun yang memiki 356 Kepala Keluarga ini. Dusun yang berlokasi pada jarak 10 km arah selatan Kota Tuban, ini memang jauh dari pusat keramaian kota. Sepanjang jalan yang kami susuri, pemandangan yang terlihat hanyalah bebatuan kapur yang cadas, pembagunan jalan aspal yang setengah hati alias tidak selesai, rumah-rumah yang letaknya berjauhan dan rata-rata terbuat dari anyaman bambu dengan langit-langit rumah yang berlubang.

“Kemarin baru saya ada puting beliung mas, beberapa rumah mengalami kerusakan, meski tidak begitu parah,wajar, sebab disini dataran tinggi,”ujar Toni,salah seorang pemuda setempat yang baru saja pulang dari Malaysia sebagai TKI ini. Hutan yang gundul tampaknya juga menjadi karakteristik tersendiri. Sepanjang mata memandang, tidak satupun ditemukan rimbunan pohon yang teduh, besar dan kokoh untuk menyerap hujan dan mencegah terjadinya tanah longsor. “Sejak saya kecil, hutan disini sudah mulai gundul, banyak penebangan liar,” tutur pengantin baru ini.

Saat mobil yang kami kendarai melewati rumah penduduk, para warga keluar rumah dan beberapa pasang mata menatap tajam kearah kami. Rasa penasaran tampak begitu nyata terlihat dari guratan wajah penduduk dusun. Kami pun berhenti sejenak di sebuah rumah penduduk guna mencari dimana gerangan ketua Takmir, Moh Ghazali. Tak lama kemudian Ghazali muncul dengan cangkul di pundaknya. “Ayo pak langsung ke rumah saya, maaf ini kotor semua,” tutur Ghazali dengan kesederhanaanya. Kami pun langsung menawari untuk berangkat bareng mobil. “Nggak usah, situ kok, deket,”kilahnya. Untuk ukuran warga desa setempat, jarak tempuh ”dekat” tenyata berbeda dengan kami. Jarak 1 km pun tenyata dianggap dekat meski menempuhnya dilakukan dengan berjalan kaki.

Ternak sapi merupakan hobby sekaligus prestise bagi warga dusun. Jika belum memiliki sapi, seolah ada yang kurang. Sepanjang jalan, rata-rata ada-3-4 sapi yang dipajang disamping dan belakang rumah. Hal tersebut dibenarkan oleh Ghazali, menurutnya sapi ibarat kendaraaan, “Yaa.. saya ini dulu juga ngempet (menahan diri) selama bertahun-tahun punya sapi, kita nabung hasil dari panen,”terangnya tanpa malu-malu.

Jadi merupakan desa yang cukup luas, terdiri dari 5 dusun. Dan puluhan RT/ RW. Di dusun Selang saja, karena luasnya wilayah, jumlah mushola mencapai tujuh buah dan satu masjd. Mata pencaharian, kata Ghozali 99,9 persen adalah petani jagung. “Jika musim kayak gini nandur (menanam) jagung, tebon (batang pohon) jagungnya digunakan untuk makan sapi,” ujar ghozali dengan jawa halusnya yang kental.

Tingkat pendidikan warga sini juga terbilang cukup rendah, rata-rata hanya sampai tingkat SMP. Selepas sekolah, umumnya langsung bekerja keluar kota dan beberapa ada juga yang nyantri di sejumlah pondok pesantren di Tuban. Tidak heran kegiatan keagamaaan cukup padat dan banyak peminatnya. “Selain Taman Pendidikan Al Quran (TPA), kita juga ada kegiatan talilan, pengajian dan lainnnya, rata-rata pengajar TPA disini adalah lulusan Ponpes,”ujar Ghozali yang juga koordinator pengajar TPA di dusun Selang ini.

Alumni Ponpes Assalam , Seren, Gebeng, Purworejo, Jawa Tengah ini menegaskan bahwa hanya satu pegawai negeri di dusun, sisanya petani dan kerja diluar kota. Saat ditanya apakah memilki hanphone, dengan sederhana ghozali mengatakan tidak perlu handphone. Begitu pula dengan sepeda motor, Ghazali lebih memilih jalan kaki daripada naik motor kendati jaraknya cukup jauh.

Hingga kini, kondisi masyarakat secara ekonomi tidak begitu bagus, namun keikhlasan warganya yang memiki prinsip kuat terhadap Islam menjadikan semua serba mudah. Keikhlasan inilah yang menjadikan jalan dakwah disini cukup lancer meski pada awalnya cukup terjal. Ironisnya, belum ada bantuan yang cukup untuk menanggulangi permasalahan mereka di sektor ekonomi. Tergugahkan anda melihat kondisi demikian? []

Tidak ada komentar: