Minggu, 30 September 2007

Mengajak Sholat Malah Ditertawakan

Hidup bersahaja, itulah sosok seorang Manager Personalia PT. Malidas Sterillindo yang bernama Mashuri. Sebagai Manajer Personalia perusahaan tentunya memiliki kewajiban untuk menjembatani kepentingan karyawan kepada perusahaan dan sebaliknya. Disela-sela tugasnya itulah, dia memanfaatkan waktunya untuk berdakwah di lingkungan perusahaan yang mempunyai lebih dari 200 karyawan. Bagaimana suka dukanya? Berikut uraiannya

Oleh: Dody Firmansyah


Peduli untuk berbagi adalah kata kunci saya dalam mengarungi hidup ini, berbagi ilmu dan pengalaman, berbagi kebahagiaan dengan orang lain dan berbagi rejeki merupakan sumber kebahagiaan yang berlipat-lipat. Saya ingin terus berdakwah dimana saja dan menghadapi siapa saja. Dan memang sebagaimana apa yang dikatakan Ibnu Qoyyim, Al Jauziyah bahwa, Janganlah membayangkan dunia dakwah itu bagaikan berjalan di rerumputan yang halus dan penuh wewangian, karena sesungguhnya jalan dakwah ini penuh onak dan duri. Saya merasakan betapa berat dan kuatnya hambatan saya dalam berdakwah.

Ditempat saya bekerja sekarang, saya mencoba untuk merasakan pahit manisnya dalam berdakwah. Tantangan menghunjam didepan mata dimana kondisi lingkungan yang jauh dari warna religiusitas, begitu kering. Pada saat perusahaan masih di Surabaya, saya pernah ditertawakan karena mengajak orang sholat. Saat itu, melakukan sholat merupakan suatu aktivitas yang aneh dan langka. Ketika saya berjalan menuju musholla saya sempat ada yang nyeletuk, "Wah anak pak Kiai mau sholat, ini pabrik bukan pondok pesantren,"sedikit kata yang tajam dan menusuk memang. Namun, hal itu tetap tidak menghalangi niat saya untuk beribadah.

Di bulan Ramadhan, ketika orang lain sibuk berlomba-lomba mengais pahala di bulan suci, justru karyawan disini tidak mempergunakan bulan ini sebagaimana mestinya. Hampir tidak ada bedanya dengan bulan-bulan lain, makan, minum di berbagai tempat tanpa ada rasa sungkan. Pada dasarnya, para karyawan berniat berpuasa ketika berangkat kerja karena memang sudah makan sahur, namun ketika sudah di depan pintu, diajak ngobrol dan akhirnya makan minum. Di perusahaan ini, orang yang sholat dan berpuasa bisa dihitung dengan jari.

Suatu saat saya pernah mencoba untuk bertanya alasan mereka tidak sholat, rata-rata mereka menjawab”Saya ini kotor pak, saya ini tidak pantas untuk sholat”, terus kapan bersihnya? tanya saya. Dia menjawab, ”Setelah menikah pak, Insya Allah. Teman saya yang lain sebut saja Fulan, malah menjajikan akan sholat dan beribadah tekun setelah memiliki anak. Alhamdulillah setelah menikah dan memiliki anak kedua karyawan tadi memenuhi janjinya.

Bertahun-tahun saya melakukan upaya untuk membuka kekosongan hati kawan-kawan agar segera melaksanakan perintah-Nya. Pengajian-pengajian rutin sudah diseleggarakan dengan peminat yang sebenarnya cukup lumayan. Namun, sekali lagi hal itu tidak lantas membuat mereka sadar dan segera bertobat. Mereka tetap tidak menjalankan sholat dan puasa. Padahal dalam materi itu sudah dijelaskan mengenai ancaman orang yang malas sholat, durhaka dan lainnya. Materi pengajian berkisar pada persoalan, kalau tidak surga maka neraka. Dan Waktu itu yang rutin mengisi acara bukan ustad kacangan. Ustad Sholeh Drehem (sekarang Ketua IKADI Jatim) dan Ust Rofi Munawar (Anggota DPRD) adalah diantara orang yang pernah ceramah di kantor. Setelah pengajian usai, mereka kembali bekerja dan sholatnya ketinggalan. Bahkan ada karyawan ketika sholat jamaah sudah dimulai, justru tidak mau bergabung untuk sholat dan memilih menunggu di depan masjid.

Tidak lama berselang, upaya dakwah itu ternyata mendapat dukungan dari owner perusahaan. Saya waktu itu mengusulkan kepada owner agar karyawan yang tekun sholatnya diberi hadiah. Dan akhirnya hal itu cukup berhasil membuat karyawan menjadi semakin banyak yang berduyun-duyun ke mushola ketika waktu sholat menjelang. Pendekatan dan sentuhan dakwah personalia inilah membuat karyawan yang memproduksi bedak ini merasakan bagaimana semestinya bekerja yang baik, semangat tiada henti dan mengharap ridho Allah SWT semata. Insya Allah kerja yang bernilai ibadah akan membawa rejeki yang barokah.

Pada prinsipnya dakwah itu harus dilakukan tanpa kenal henti, bersemangat, dan tidak pandang bulu. Mengutip dari sebuah perumpamaan, kalau anda memiliki tetangga dan kita melihat rumahnya terbakar, kira-kira apa yang kita dilakukan? Saya yakin secara spontan akan berusaha untuk memadamkan tanpa ada pamrih sama sekali. Itu baru sekedar rumah, kita juga sepatutnya kasihan terhadap saudara kita karena sudah sekian lama tidak sholat. Apalagi kalau kita dalam bekerja menempati posisi strategis, maka akan lebih mudah untuk mengkondisikan lingkungan.

Keteladanan dalam setiap aspek kehidupan harus senantiasa ditonjolkan, saya kira kalau kita ingin istri dan anak kita menjadi orang baik maka berbuatlah baik pada diri kita. Demikian pula kalau berharap orang lain berbuat baik dan taat pada tuhannya, maka berilah contoh bagaimana semestinya hidup yang baik dan taat pada tuhannya itu.
Dan yang lebih penting menurut dia dalam berdakwah adalah kesabaran dan keikhlasan. Memang benar sebagaimana dalam hadits dari Ibnu Umar RA berkata, Rosulullah SAW bersabda, "Mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar atas gangguan mereka adalah lebih baik daripada mukmin yang tidak bergaul dan tidak sabar atas gangguan mereka" (HR. Ibnu Majah).
Disamping itu, semangat saya tak lepas dari doa restu ibunya tercinta. Oleh karena itu setiap bulan berusaha menyempatkan hadir di hadapan ibu yang ada di Kediri. Sudah menjadi kewajiban anak untuk membahagiakan seorang ibu yang telah memberikan segala-galanya terhadap anaknya. Balasan anak berapapun yang telah diberikan padanya tak sebanding dengan pergorbanan seorang wanita yang berani mati untuk kehadiran anak di dunia ini.Dimana Bumi dipijak, disitu dakwah bergerak[]

Tidak ada komentar: